REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jenazah politisi senior Partai Gerindra Haryanto Taslam dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta, pada Ahad (15/3). Keluarga serta rekan-rekan almarhum kemarin mengantar Haryanto ke tempat peristirahatan terakhirnya. Haryanto mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit (RS) Medistra, Jakarta, pada Sabtu (14/3), pukul 20.50 WIB.
Haryanto Taslam merupakan mantan kader PDI Perjuangan yang sering mendampingi Megawati Soekarnoputri saat ia masih aktif di partai berlambang kepala banteng itu. Haryanto meninggalkan seorang istri bernama Ani Agustina dan tiga orang anak (dua putra dan satu putri) bernama Barep Antoseno, Putih Sari, dan Ragil Parikesit. Kondisi fisik Haryanto sebelumnya dikabarkan sempat menurun pada Jumat (13/3) sore sehingga dilarikan ke RS Medistra.
Beberapa politisi yang terlihat hadir di TPU Menteng Pulo kemarin mengenang aktivis yang pernah diculik oleh Tim Mawar jelang masa reformasi 1998 silam. Sahabat Haryanto, Sidarto Danusubroto, mengatakan, Haryanto Taslam patut dikenang dan merupakan salah satu saksi hidup era reformasi. “Dia seorang nasionalis, pejuang reformasi. Saya kenal sejak era 1998 sewaktu dia dilepas keluar dari penculikan,” kata Sidarto.
Sidarto menilai, Haryanto Taslam adalah tokoh yang pantang menyerah dalam melakukan perjuangan pergerakan. Karakternya yang dikenal keras, berjiwa ulet, dan konsisten membuat Haryanto banyak memiliki teman, baik itu dari dunia politik atau seniman Tanah Air. “Dia salah satu pejuang harus kita kenang bersama,” kata Sidarto.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut Haryanto adalah teman satu perjuangan di PDI Perjuangan. Menurut Tjahjo, sampai akhir hayatnya, Haryanto masih sering berdiskusi dengannya meski telah berbeda bendera partai. “Pak Haryanto selalu berdiskusi dengan saya dan mengingatkan saya terhadap gelagat perkembangan dinamika politik nasional,” terang Tjahjo.
Politisi PDI Perjuangan lain, Eva Kusuma Sundari mengenang Haryanto sebagai tokoh reformasi, yang ikut berjuang pada masa-masa sulit, atau awal terbentuknya PDI Perjuangan. Menurut Eva, pada masa Orde Baru, Haryanto tercatat sebagai orang yang ikut menginisiasi gerakan pro-Mega bersama elemen prodemokrasi untuk menjatuhkan mantan presiden Soeharto. “Dia menjadi salah satu model politikus PDIP yang idealis. Bahkan, dia bersama Budiman Sudjatmiko ikut menerima risiko dengan diculik oleh Tim Mawar.”
Tidak hanya kolega dari PDI Perjuangan, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan pun menilai Haryanto sebagai sosok yang enak diajak diskusi mengenai berbagai hal. Dia menilai Haryanto adalah orang yang menyenangkan dalam membangun hubungan pertemanan. “Meskipun almarhum keras dalam berprinsip, tetapi beliau adalah orang yang lembut dalam bertutur," ujar Ferry.
Adapun Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding menyatakan, dirinya dan PKB turut berduka atas kepergian Haryanto. Karding berdoa, semoga semua amal ibadah Haryanto diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. “Kami turut berduka yang mendalam dengan harapan dan doa semoga diterima di sisi Tuhan," ujarnya. Selama jalan, Haryanto Taslam. n c17/antara ed: andri saubani