REPUBLIKA.CO.ID,Hidayat: PKS Tetap Bersama Gerindra
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Hidayat Nur Wahid menyatakan, PKS akan tetap berada di Koalisi Merah Putih (KMP) bersama Partai Gerindra. \"Secara prinsip, tentu itu adalah hak politik Golkar untuk memutus kan sikap politik Golkar,\" ujar Hidayat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (8/1).
Menurutnya, masing-masing partai memiliki kewenangan untuk menentukan keputusan nya.
Setiap partai pasti memiliki kepentingan politik masing-masing sehingga satu partai politik tidak bisa saling mengintervensi keputusan partai lain.
Hidayat menjelaskan, dalam tradisi KMP, jika ada keputusan yang strategis, akan ada pertemuan. Hingga saat ini, dia mengaku, partainya dan KMP belum mendapatkan pernyataan dan penjelasan resmi dari Partai Golkar seputar keinginan merapat ke pemerintah.
\"Kalau PKS jelas, walaupun sempat silaturahim dengan Pak Jokowi, bukan berarti kami pindah koalisi dan atau masuk ke pemerintah, kami tetap di luar pemerintah,\" ujar wakil ketua MPR RI ini.
Hidayat menyatakan akan menghormati segala keputusan yang akan dilakukan Partai Golkar. Ia tidak mempermasa lahkan meskipun nanti hanya PKS dan Gerindra yang berada di KMP.
Persatuan umat Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufrie berharap, persatuan umat Islam Indonesia dapat terwujud. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kekuatan yang mampu memperjuang kan kepentingan dunia Islam.
Setiap elemen umat Islam, baik ormas, lembaga sosial, pen - didikan, maupun partai politik Islam, memiliki nilai plus. Masing-masing saling melengkapi sebagai satu tubuh. \"Kita ini satu, Islam,\" katanya di markas dakwah PKS, Jumat (8/1).
Dia mengibaratkan umat Islam sebagai anggota tubuh, semuanya punya peran dan sama-sama merasakan. Jika satu anggota tubuh sakit, lainnya akan merasakan yang sama. Begitu juga sebaliknya.
\"Kepala tidak lebih hebat dari tangan dan kaki, begitupun sebaliknya. Boleh jadi yang di bawah lebih mulia kare na memikul beban atasnya yang berat,\"
ujar Salim.
Ia juga meminta umat Islam meneladani Nabi Muhammad SAW dalam membangun persatuan umat Islam. Diperlukan semangat berkorban (tadhiyah), baik harta maupun jiwa, dan mendahulukan saudara (itsar)
untuk merajut persatuan.
\"Hal itu yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya, baik dari Muhajirin maupun Anshor. Pernah Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar dalam satu waktu bersamaan belum makan, mereka saling mendahulukan untuk memenuhi lapar.\"
Mereka melakukan hal itu bukan karena puasa, melainkan karena harta mereka digunakan untuk perjuangan dakwah Islam.
Bahkan, saat ada daging kambing disajikan oleh sahabat, Nabi Muhammad meminta daging tersebut diantarkan ke Fatimah yang sudah lama tidak menikmati daging. (c27, ed: erdy nasrul)