Senin 26 May 2014 16:03 WIB

Agus DW Martowardojo, Gubernur BI: Utang Luar Negeri Swasta Harus Diwaspadai

Red:

oleh:Friska Yolandha--Kondisi utang luar negeri swasta melebihi pemerintah. Apa tindakan BI?

BI mengingatkan korporasi, baik swasta maupun BUMN, untuk berhati-hati dan waspada dalam mengelola utang. Rasio utang swasta sudah lebih besar daripada pinjaman luar negeri pemerintah. Kami ingatkan korporasi, baik swasta maupun BUMN, untuk hati-hati mengelola utang luar negeri.

Dampaknya ke pertumbuhan?

Saya melihat BI terus mengikuti bagaimana dampak ke pertumbuhan. Hal ini memang harus diwaspadai karena utang dari korporasi, yaitu swasta maupun BUMN cenderung meningkat. Kami melihat masih banyak korporasi meminjam dalam bentuk valuta asing (valas) sedangkan penerimaan dalam rupiah. Beberapa korporasi termasuk BUMN rugi besar. Tahun lalu untung Rp 3 triliun, jadi rugi Rp 29 triliun. Yang tadinya masih rugi Rp 300 miliar jadi rugi Rp 700 miliar. ULN khususnya bagi perusahaan yang penerimaan bukan dalam valas, itu membuat risiko.

Apa upaya BI?

Kami sudah minta dari tahun lalu untuk melakukan lindung nilai. Peraturan pun sudah dikeluarkan. Sayang, ini relatif tidak dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan, termasuk BUMN. Dan kalau perusahaan itu tadinya untuk kemudian jadi rugi, tidak bisa hanya mengatakan karena nilai tukar. Kalau kami kendalikan perusahaan, kita harus bisa antisipasi situasi, harus tahu kalau ada risiko nilai tukar, tingkat bunga, likuiditas dan lain-lain.

Bagaimana risikonya terhadap pemerintah?

Jika perusahaannya sudah go public, terutama BUMN, dampaknya tidak begitu besar karena ada komponen nonpemerintah. Tetapi, kalau perusahaan BUMN itu 100 persen dimiliki pemerintah, risiko langsung kepada negara. ed: andri saubani

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=737995
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement