Kamis 05 Feb 2015 15:15 WIB

Haris Azhar, Koordinator Kontras: Beri Hukuman yang Berat, Bukan yang Kejam

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Bagaimana komentar Anda terhadap sikap Presiden Jokowi yang memastikan tidak akan memberi grasi terhadap terpidana mati kasus narkoba?

Kalau tidak ada toleransi, tidak apa-apa. Cuma hukumannya harus yang berat, bukan yang kejam. Hukuman mati itu kan termasuk dalam sebuah hukuman yang kejam. Jadi, harus dipikirkan. Karena itu sudah jadi kesepakatan global.

Hanya, tidak lebih dari 58 negara yang masih melakukan hukuman mati, itu pun warisan masa lalu. Bukan suatu aturan hukum yang ditetapkan baru, gitu. Yang kedua, naif kalau sekadar memberantas narkoba hanya lewat hukuman mati.

Orang akan bilang, “Narkoba itu persoalan yang cukup serius, masa cuma lewat hukuman mati. Yang lainnya mana? Nggak ada perubahan.” Soal di level hilirnya, diskotek-diskotek itu masih banyak narkoba. Apa kebijakannya dia (Jokowi).

Belum lagi perdebatan apakah pengguna itu korban atau pelaku kejahatan, sekarang kan masih ada perdebatan antara BNN dan Kementerian Kesehatan. Jadi, naif kalau hanya sekadar menempatkan pemberantasan narkoba itu hanya lewat hukuman mati.

Jokowi kembali memastikan itu, menurut Anda bagaimana?

Itu arogan. Di dunia internasional, kayak begini dianggap norak, arogan. Kalau saya lihat bahan-bahan penelitian, ternyata pasar yang paling berbahaya itu bukan di Indonesia, tapi Eropa. Jangan-jangan di Indonesia ini tempat produksi. Jadi masalahnya tidak sesimpel itulah. Ini hanya disimbolisasi dengan hukuman mati, terus selesai. Menunjukkan ketegasan itu bukan dengan tindakan-tindakan karikatur seperti ini, apalagi karikaturnya punya implikasi besar terhadap nyawa orang.

Dan yang dieksekusi kebanyakan orang asing. Orang asing juga jadi bertanya-tanya ini maksudnya apa. Kalau saya sih melihatnya ini cuma untuk menaikkan popularitasnya saja di tengah masyarakat. Karena hukuman mati kan banyak yang dukung.

Eksekusi mati di Indonesia ke depan dapat menjadi sandera bagi pemerintah ketika ingin menyelamatkan WNI yang terancam pidana mati di luar negeri?

Iya. Pemerintah Indonesia mau bagaimana untuk menyelamatkan TKI-TKI yang kena hukuman mati. Apakah ini artinya pemerintah Indonesia akan membiarkan begitu saja. Kasihan dong. Ini akan jadi bumerang nanti begitu mau diurusin.

Malaysia dan Singapura menerapkan hukuman mati juga, dan katanya efektif turunkan angka penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Itu bagaimana?

Enggak, enggak efektif. Masih tinggi angkanya di Malaysia. Malaysia lebih tinggi dari Indonesia. Saya juga kaget, ternyata negara kayak gitu lebih tinggi.  c82 ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement