Apakah hadirnya Pertalite nanti akan efektif mengurangi konsumsi BBM bersubsidi?
Bisa saja, tapi yang namanya Premium sendiri kan sudah tidak disubsidi, artinya kalau bukan subsidi maka bisa menjadi sebuah langkah bagi Pertamina untuk menyediakan dan memproduksi beragam produk termasuk Pertalite ini.
Apakah Pertalite ini menjadi sebuah langkah pemerintah menghapus Premium secara bertahap?
Kita mengingatkan pemerintah untuk membuat kajian komprehensif dengan melibatkan para pakar dari kampus, kalau perlu dari berbagai disiplin ilmu untuk merekomendasikan jenis BBM apa yang sebetulnya terbaik bagi Indonesia dari sisi teknis, lingkungan, sosial, dan politik.
Jika dalam kajian tersebut mengatakan bahwa Premium masih dibutuhkan masyarakat Indonesia?
Seandainya dari kajian itu diputuskan Premium perlu dipertahankan, ya pertahankan saja. Dengan itu, Pertamina kan bisa ditugasi membangun kilang baru yang lebih efisien dan bisa juga memproduksi Premium dengan harga lebih murah dari yang ada sekarang.
Kita ingatkan juga, kalau Premium memang masih wajar dan juga dibutuhkan, jangan juga Pertalite menjadi langkah yang diambil untuk menghapus Premium. Artinya, soal menghapus Premium harus diperhatikan pemerintah dan mesti melalui kajian komprehensif.
Jika di kota-kota besar masih banyak pengguna motor yang membutuhkan Premium, mengapa dihapus? Itulah perlunya kajian komprehensif oleh pemerintah yang tidak hanya tunduk pada kepentingan semisal produsen mobil, penggiat lingkungan yang mungkin tidak murni lagi suaranya, atau kepentingan negara maju.
Soal premium, langkah apa yang sebaiknya diambil Pertamina?
Bukan ranahnya Pertamina untuk menetapkan bahwa mereka tidak lagi memproduksi Premium. Kebijakan soal itu ada di tangan pemerintah. Saya kira itu (Pertalite) kan hanya strategi bisnis Pertamina.
Terkait Pertalite RON 90 yang dianggap sejumlah pihak tidak sesuai dengan Standar Euro 2 yang sudah diadopsi pemerintah, yang mengatakan minimal RON yang digunakan harus 91?
Kalau soal itu saya tidak terlalu banyak bisa menanggapi. Tapi, saya kira jika yang RON 88 (Premium) saja masih kita pakai, mengapa pula kita persoalkan yang RON 90? Kalau bicara aspek lingkungan, kita tidak harus menelan bulat-bulat apa yang diatur oleh negara-negara maju.
Jadi, pada intinya, Premium harus tetap ada meski Pertalite siap diluncurkan?
Soal harga saya kira tidak perlu kaget. Kalau kita bicara harga, harus sebanding dengan kualitas. Kalau Ron lebih tinggi, maka kualitas lebih baik, berarti wajar dong harganya lebih mahal. Yang lebih penting, jangan kita buru-buru memutuskan untuk menghapus Premium.
Premium berfungsi sebagai alternatif bahwa BBM yang murah juga masih ada. Maka dari itu, di sini perlu ada ketegasan kebijakan pemerintah soal RON 88 itu. Sebab, RON 88 disediakan Pertamina berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Soeharto dulu.
Maka, kalau mau menghapus, Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) harus bikin Perpres baru, hapus atau tidak. Jadi, sebelum dihapus, buatlah kajian komprehensif yang meninjau dari segala aspek. c84 ed: Ferry Kisihandi