JAKARTA — Guru Besar Sosiologi Hukum FISIP Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar menilai, sejumlah pencurian yang melibatkan ibu-ibu belakangan bukan muncul secara spontan. Ada faktor ekonomi yang menurutnya jadi faktor utama yang mendorong perilaku-perilaku kriminal tersebut.
"Ibu adalah tonggak keluarga yang menjadi gantungan anak-anaknya. Posisi itu menjadi rawan ketika terdesak masalah ekonomi," kata Bambang Widodo Umar, Kamis (7/1).
Terutama, ujar Bambang, para ibu yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Bergesernya fungsi kepala keluarga dari bapak ke ibu akibat perceraian atau suami yang tak lagi bekerja juga dapat mendorong ibu menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Penyebab lain, lanjut Bambang, ialah ketidakpuasan ekonomi, pemenuhan gaya hidup, ataupun penyakit tertentu yang diidap seperti kleptomania. Hal itu ditengarai jika ternyata sang ibu pelaku pencurian berasal dari kelas berada, bahkan golongan elite.
Ia menjabarkan pula, bukan tidak mungkin sejumlah ibu yang mencuri di berbagai wilayah belakangan adalah bagian dari sebuah sindikat. Pasalnya, Bambang berujar, tindak kriminal biasanya jarang yang personal, melainkan terorganisasi.
Bisa jadi ada orang-orang tertentu yang melihat pekembangan konteks kriminal yang dilakukan para ibu. Sehingga, mereka mencoba mengorganisasi kalangan ibu dan mengambil keuntungan dari sana, baik mengarahkan untuk mencuri maupun prostitusi. "Ini yang harus dibongkar tuntas. Aparat seharusnya tidak hanya menindak pelaku, tetapi juga mengungkap organisasi di baliknya," ucap pria yang pernah menjadi kasi Reskrim Komres 961 Yogyakarta selama 1972-1975 itu.
Bambang mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan mewaspadai aksi kejahatan itu. Aparat berwenang, seperti kepolisian, satpam, intel, polisi khusus, dan petugas lain juga diminta ekstra waspada mengantisipasi pelaku kejahatan yang tersamar itu.
Pasalnya, tak mudah menduga seorang ibu akan mencuri. Kerap di beberapa lokasi pencurian, masyarakat setempat terkecoh dan tak menduga seorang ibu adalah pelaku pencurian.
Kepala Sub Bagian Humas Polresta Bekasi Inspektur Satu Makmur tak menyangkal munculnya fenomena baru berupa pelaku pencurian yang berasal dari kalangan ibu rumah tangga. Bekasi, menurutnya, jadi salah satu lokasi di mana pencurian yang dilakukan kalangan tersebut mencuat belakangan.
Ia menegaskan, pencurian yang dilakukan perempuan-perempuan yang telah berumah tangga, terlebih sudah memiliki anak, sebelumnya jarang sekali terjadi. "Ini termasuk fenomena baru karena kan baru dua kali ini ada pencuri ibu rumah tangga," kata Iptu Makmur, Kamis (7/1).
Menurut Makmur, sebelum pencurian oleh dua ibu-ibu di Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, terjadi juga percobaan pencurian mobil di daerah Tambun yang juga dilakukan oleh seorang perempuan.
Kedua pencurian ini memang dapat digagalkan oleh warga dan aparat keamanan. Namun, menurut Makmur, yang cukup mengherankan adalah para pelaku tergolong ahli dalam melakukan modus operandinya. "Padahal, mereka bukan pemain lama. Tapi, mereka kelihatannya cukup ahli dalam melakukan aksinya," kata Makmur.
Untuk kasus dua bersaudara yang mencuri di rumah kosong di Tarumajaya, ia menduga jika ada kemungkinan keduanya pernah melakukan pencurian juga, namun tidak tertangkap. "Masih kami selidiki apakah pernah mencuri sebelumnya. Tapi, mereka belum mengaku," katanya.
Menurutnya, kejadian-kejadian tersebut membuktikan bahwa desakan ekonomi dapat membuat siapa pun melakukan tindak kejahatan. n c34/c37 ed: fitriyan zamzami