Rabu 13 Jan 2016 15:00 WIB

Irjen Anton Charliyan, Kadiv Humas Polri: Gafatar Berkedok Agama

Red:

Mengapa sebagian masyarakat terpengaruh Gafatar?

Mereka mudah mengajak orang karena antikekerasan. Mereka mengajak orang berdasarkan asas kasih sayang. Mereka mencoba mengajak orang mencari peradaban baru. Jadi, dengan kedok agama dipermudah. Sehingga, ini menjadi hal menarik di zaman nista ini.

Apa saja yang menjadi daya tariknya?

Ada beberapa hal yang membuat orang mudah tertarik, misalnya, Muslim tidak perlu shalat, tidak perlu puasa, yang penting berbuat baik dan mengutamakan kasih sayang. Karena itu, ini disebut agama yang mencari peradaban baru.

Apakah Polri memiliki catatan terkait Gafatar?

Gafatar ini berubah-ubah. Asalnya Komat berubah jadi Gafatar. Dan Gafatar ini sudah dilarang sebagai organisasi terlarang baik di Yogyakarta maupun di Sulawesi atas kesepakatan MUI, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Bagaimana cara Gafatar melakukan perekrutan?

Dari hasil analisis, kelompok ini mengintensifkan perekrutan kepada mantan aktivisnya, sebelum organisasi ini berubah nama menjadi Gafatar, khususnya anak muda dengan latar belakang profesi yang berbeda.

Sudah menyebar ke mana saja kelompok ini?

Penyebarannya sudah seluruh Indonesia. Saya belum bisa jelaskan di daerah mana saja.

Apakah Polri melihat orang yang ikut dalam Gafatar ini karena sedang dalam kehilangan jati diri?

Saya tidak bisa mengatakan itu karena bukan kapasitas saya untuk menilai.

Apakah akan memeriksa petinggi kelompok ini?

Nanti kita lihat saja. Kalau diperlukan, pasti akan diperiksa. n ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement