Menurut Anda apakah perlu para sopir taksi berunjuk rasa terkait keberadaan Ubertaxi dan Grabcar?
Seharusnya, masalah tersebut tak perlu disikapi dengan berdemo. Pengusaha harus siap menghadapi kemajuan teknologi. Ubertaxi menggunakan aplikasi teknologi online. Hal itu sudah menjadi tren bisnis abad 21 dan tak bisa dibendung. Konsumen akan selalu mencari transportasi yang terjangkau, nyaman, dan kualitasnya bagus.
Ibaratnya, ada pedagang yang menjual bonekanya secara online. Apakah pedagang yang menjual bonekanya secara langsung di lapak berhak memarahi atau protes kepada pedagang bonek yang berjualan secara online. Ya tentu tidak bisa sebab pedagang yang menjual secara online dagangannya berarti dia mampu memanfaatkan fasilitas teknologi, itu hak dia.
Apa yang dicari konsumen dalam transportasi online?
Sebenarnya, konsumen itu mencari transportasi yang nyaman, kualitasnya bagus, dan biayanya terjangkau. Contohnya, banyak orang memakai Gojek sebab naik Gojek lebih nyaman, cepat, terpercaya. Dengan memakai Gojek, kita menghidupkan sektor nonformal, begitu pula dengan memakai Ubertaxi.
Namun, para sopir taksi konvensional merasa terancam dengan adanya Ubertaxi dan Grabcar?
Hal itu jangan dilihat sebagai ancaman. Tapi, dilihat sebagai dampak kemajuan teknologi. Pengusaha taksi konvensional bisa beralih menggunakan aplikasi online, memperbaiki servisnya, dan memberikan harga yang terjangkau kepada konsumen. Bisa saja mereka mencontoh Gojek.
Selama ini, konsumen jadi beralih ke taksi berbasis online karena taksi pada umumnya saat bensin naik harganya ikut naik. Namun, saat bensin turun harganya tidak turun.
Taksi harus menyesuaikan dengan perkembangan. Sekarang, taksi yang bagus itu indikatornya harga terjangkau, servis bagus. Memang sudah ada taksi konvensional yang bagus, tapi harus pesan lewat call center untuk memanggilnya. Sekarang saja sudah ada bajaj yang pakai aplikasi online. Taksi bisa beralih ke sana.
Bagaimana dengan alasan kalah bersaing?
Sebenarnya, kalau bicara bisnis jasa perlu instropeksi mengapa saya kalah bersaing? Apalagi, jasa tidak kelihatan, seharusnya malah semakin memperbaiki diri kalau hanya demo saja tak banyak membantu.
Sebenarnya, untuk Jakarta sebagai kota megapolitan, kalau mau bersaing mobilitas harus cepat, terpercaya, dan harga terjangkau. Kalau tidak, ya habis.
Makanya, jangan disalahkan pelaku bisnisnya atau Ubertaxinya. Sopir Uber juga perlu makan. Misalnya, PNS jadi sopir Ubertaxi karena untuk menambah income. Dia tak mau cari uang tambahan dengan korupsi makanya lebih baik cari tambahan jadi sopir Uber. Ini juga cara dia untuk menjaga harga diri dan martabatnya di kantor dengan menjauhkan diri dari korupsi, mencari tambahan halal. Oleh Dyah Ratna Meta Novia, ed: Fitriyan Zamzami