Kebijakan bebas visa kunjungan bagi wisatawan mancanegara (wisman) dari 169 negara mendapatkan kritik untuk segera dievaluasi. Sebab, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan. Bagaimana menurut Anda?
Kami mengakui adanya keluhan-keluhan seperti itu. Kami upayakan meningkatkan kerja sama dengan pihak terkait, seperti imigrasi (Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM—Red) untuk memantau dan mengevaluasi. Namun, untuk evaluasi dari Kemenpar, saat ini masih sebatas dari sisi pariwisata dengan adanya kenaikan jumlah kunjungan turis.
Bagaimana gambaran kenaikan kunjungan wisman sampai saat ini ?
Kenaikannya tinggi, utamanya kunjungan dari turis asal India, Cina, Australia, dan Korea Selatan. Kunjungan turis India Agustus lalu naik sekitar 47 persen dari tahun sebelumnya. Kunjungan turis asal Australia naik sebanyak 45 persen dan kunjungan turis asal Cina naik sebanyak 23 persen. Selain itu, kunjungan turis asal Jerman, Inggris, dan Prancis pun tinggi. Daerah favorit turis ada empat, yakni Bali, Jakarta, Kepulauan Riau-Bintan-Batam, dan Manado.
Dari sisi pariwisata, apakah ada dampak negatif terkait bebas visa kunjungan ini?
Ada, yakni penyalahgunaan paket wisata oleh oknum agen lokal. Banyak oknum agen wisata lokal yang menyediakan paket wisata harian atau satu hari bagi para turis. Padahal, mayoritas paket kan berkelompok dan lebih dari satu hari. Kondisi ini sebetulnya masih perlu dibuktikan lagi.
Jadi, apakah dalam waktu dekat akan ada evaluasi dari Kemenpar terkait kebijakan ini ?
Tentu ada. Setiap bulan memang ada evaluasi di pihak kami. Untuk evaluasi dengan kementerian atau lembaga terkait, akan dilakukan selanjutnya. Kami optimistis program ini menguntungkan bagi Indonesia. Hanya saja, memang harus ada peningkatan kerja sama dengan pihak terkait. Program ini tetap jalan terus. Oleh Dian Erika Nugraheny, ed: Muhammad Iqbal