Selasa 18 Oct 2016 15:00 WIB

Eko Listiyanto, Peneliti Dari Institute For Development Of Economics And Finance (INDEF): Pemerintah Harus Incar Pasar India

Red:

Kinerja ekspor-impor Indone sia masih menurun meski ada sur plus neraca perdagangan. Ba gai mana analisis Anda?

Kalau melihat 2015 dibandingkan dengan sekarang posisinya masih sama. Jadi, trennya memang tren surplus masih ada. Kenapa? Karena di dalam negeri daya beli kita melemah sehingga impor juga ikut turun. Tetapi, kemudian di global pun pertumbuh annya juga melemah, pasar-pasar tradisional kita. Maksudnya ekspor tradisional kita ke Cina ke AS, ke Je pang, dan beberapa negara lain, seperti Singapura. Jadi, negara-negara itu se bagian besar kan lagi mengalami pele mahan ekonomi apalagi Eropa. Se hing ga, akhirnya tren dari perda gang an luar negeri baik ekspor maupun impor dua-duanya turun. Saya rasa itu faktor paling utama sehingga mungkin posisinya surplus tetapi surplusnya bisa jadi ada tren makin tipis.

Dan itu akhirnya terjawab juga akhirnya bahwa kemudian lembagalembaga internasional memproyeksi kan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini lebih rendah dari proyeksi di awal tahun dan tahun depan belum ada perubahan ya itu faktor ini, dari ekonomi global belum mampu tumbuh seperti periode seperti sebelum ini.

Apa faktor lainnya? Apakah harga komoditas yang turun?

Iya, kalau lihat ekspor trennya tetap akan turun, walaupun kemarin sudah ada beberapa kali harga komo ditas sudah mulai terangkat sedikit meski sekarang mulai turun lagi. Se hingga memang ada faktor ini.

Kinerja ekspor-impor bisa pe ngaruhi pertumbuhan ekono mi domestik?

Sejauh ini ekspor-impor kan me mang kontribusi terhadap pertumbuh an ekonomi, ya bisa dikatakan masih kalah dengan investasi. Sehingga, dengan semakin mengecil surplusnya, maka kontribusi juga makin mengecil.

Dibandingkan dengan sektor lain katakanlah konsumsi atau government spending. Selain juga dari sisi eksporimpor itu turun. Walau masih surplus, namun tipis. Dikaitkan dengan per tumbuhan ekonomi, kalau surplus kecil maka kontribusi terhadap PDB makin kecil. Ekspor di bawah itu ka rena konsumsi kan hampir 50 persen lebih dari PDB. Lalu ada investasi, ma sih ada 10 persenan dari ekspor-impor, namun itu kecillah. Untuk mening katkan pertumbuhan ekonomi, enggak begitu pengaruh karena kem bali ke harga komoditas. Seperti 2010 kita tumbuh baik karena harga komoditas baik. Kontribusi ke ekspor juga tinggi.

Jadi pemerintah harus bagai mana lagi?

Ekspansi pasar. Cari kawasan mana yang bisa gantikan Cina. Seka rang Cina turunnya kan kami catat setiap tahun nyaris 20 persen penu runan. Nah, ini harus diimbangi dari mana? Salah satunya ya India yang sedang banyak dilirik oleh investor global dan kita kan ada CPO besar ke sana. Namun, enggak harus CPO, bisa di kembangkan ke yang lain.

Tapi, karena problemnya begini, kalau ekspansi pasar atau cari pasar baru memang tidak gampang. Ada memang tantangan dan link dagang belum ada sehingga harus dibangun dan lain-lain. Yang lebih soft kan sebetulnya market share yang masih besar dan negara-negara yang sudah pasar tradisional yang masih tumbuh itu harusnya lebih di-push. Kayak India kan hubungan dagang sudah lebih lama sama kita. Tinggal komo ditasnya dibanyakin. Variasi komo ditas lebih banyak dan lebih intens. Demikian ke ASEAN dan negara-ne gara lain.    Oleh Sapto Andika Candra, ed: Muhammad Iqbal

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement