IHSG pada perdagangan Senin (14/11) ditutup melemah. Menurut Anda, apakah kenaikan tensi dinamika politik seiring kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memengaruhi IHSG?
Bursa tidak pernah terganggu dengan masalah politik. Secara historikal, bursa enggak pernah terganggu, bahkan pada saat pilpres (Pemilihan Presiden 2014—Red) yang lebih ramai, bursa tidak terganggu.
Apa yang menyebabkan IHSH beberapa hari ini terus turun?
Ini lebih disebabkan karena ketidakpastian global atas janji-janji kampanye Trump (presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump—Red). Pelaku pasar memilih untuk menarik dananya dari bursa, padahal janji-janji kampanye Trump belum tentu diterapkan. Intinya, ada uncertainty (ketidakpastian—Red) membuat orang berpikiran jangka pendek.
Bagaimana dengan kinerja emiten?
Currency (mata uang—Red) kita walaupun kena hit (hantaman—Red) kemarin tapi masih growth (tumbuh—Red) 3 persen, dibandingkan year to date, masih nomor lima terbaik di dunia.
Sementara, fundamental perusahaan-perusahaan itu sembilan bulan masih bagus. Total 10 perusahaan besar masih growth di atas 13 persen. Jadi, yang saya katakan adalah secara fundamental perusahaan bagus, produk bagus, ekonomi masih kuat, itu yang membuat saya mengatakan bahwa ini adalah uncertainty dan terutama asing yang banyak jual. Yang bagus, lokal ritel beli semua.
Apa saja saham-saham yang banyak dijual?
Yang banyak dijual big caps, tapi kadang-kadang mereka jual itu (asing) satu perintah jual Asia Tenggara, mereka jual semua. Saya yakin mereka jual dengan profit karena lagi bagus-bagusnya kan. Nanti mereka akan masuk lagi. Biasanya begitu.
Kira-kira ketidakpastian pasar ini akan berlangsung sampai kapan?
Uncertainty itu membuat orang-orang yang short term jadi high cost. Itu memang musuhnya, tapi hal demikian kita enggak bisa lihat uncertainty ini. Apakah Trump akan bilang, "Oh, sorry it was caimpaning we are governing," atau dia berkomitmen tetap melakukan apa yang dikatakan.
Tapi, lihat, semua perusahaan kita itu domestik based company. Jadi, sebenarnya enggak kena hit langsung. Misalnya, dia merenegosiasi perjanjian dagang dengan Cina, secara enggak langsung karena kita supply ke Cina maka bisa kena itu beberapa perusahaan. Tapi, beberapa perusahaan consumer goods tidak akan kena.
Rencananya, the Fed (Bank Sentral AS) akan menaikkan suku bunga acuannya. Dampaknya bagaimana?
Biasanya dampaknya ke kita itu pasar modal naik mendahului perekonomian, turun mendahului turunnya. Jadi, begitu ini kejadian, sudah terjadi sekarang turunnya. Teoritikal selalu begitu.
Saya percaya fundamental ekonomi tidak terganggu. Artinya begini, mungkin yang terganggu adalah kalau misalnya rupiah terdepresiasi lagi, maka cadangan devisa kita seperti menurun secara dollar based, dan itu mengganggu. Mungkin ada apresiasi terhadap interest (suku bunga—Red) karena berencana naik ke sana, dan biasanya interest tinggi itu musuhnya investasi dan pasar modal.
Tapi, komitmen pemerintah untuk menurunkan tingkat interest saya rasa masih bisa dipegang. Spending kita akan dapat karena tax amnesty (pengampunan pajak—Red) sukses. Spending pemerintah jalan, ekonomi bergerak. Saya percaya itu. Oleh Rizky Jaramaya, ed: Muhammad Iqbal