Rabu 14 Dec 2016 14:00 WIB

Huzaemah T Yanggo, Rektor Institut Ilmu Al-Quran: Tafsir Berjamaah Beri Lebih Banyak Pandangan

Red:

Bagaimana Anda memandang tafsir Alquran yang dilakukan oleh beberapa orang dalam satu tim (jama'i) seperti Tafsir At-Tanwir yang diluncurkan Muhammadiyah?

Tafsir boleh dibentuk secara berjamaah, yang penting inti pokok tafsir tidak berbeda. Indonesia punya Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, dan tafsir yang disusun tim Kementerian Agama yang saat itu masih Departemen Agama. Tafsir dari Timur Tengah pun banyak. Tafsir itu berisi komentar ulama, punya kelebihan dan kekurangan, tergantung dilihat dari sisi mana.

Tafsir dari tim Kemenag pun disusun oleh 13 orang. Kami merevisi, termasuk tata bahasa yang sebelumnya menggunakan bahasa era 60-70an sehingga sudah tertinggal untuk zaman sekarang. Hadis yang kurang tepat untuk tafsir tersebut juga dipilih lagi agar lebih baik. Tentu tidak semua diubah, perbaikan saja agar sesuai dengan konteks saat ini.

Apa kelebihan menafsirkan secara jama'i?

Kalau bersama-sama kan banyak yang memberi masukan. Tapi, satu orang tidak boleh ngotot kalau pendapatnya berbeda. Tafsir umumnya tidak jauh beda. Perbedaan bisa jadi hanya pada makna. Tiap tafsir punya kelebihan dan kekurangan.

Seperti apa perbedaan tafsir Alquran di Indonesia dengan tafsir Timur Tengah?

Tafsir Alquran di Indonesia dengan Timur Tengah sama saja. Kan ulama Indonesia juga mengambil dari tafsir Timur Tengah sebagai referensi. Kami punya pegangan masing-masing, baik Qurthubi, Ibnu Katsir, atau yang lain.

Dalam menafsirkan, kami coba ambil berbagai pendapat dan menyesuaikan dengan konteks dan kondisi. Tafsir akhir bisa berbeda tergantung hendak mendalami sisi apa. Sama seperti ceramah, mau ke arah mana dibawanya.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan Alquran?

Pertama, harus tahu arti ayat, maksud ayat, lihat asbabun nuzul, kaidah tafsir, kaitan hukum, usul fikih, dan bahasa. Setelah itu baru ulama memberi komentar dari sisi makna. Saat menafsirkan, ayat dan artinya ditulis dulu baru diberi komentar atau asbanun nuzulnya.

Bagi umat, apa yang perlu diperhatikan dalam membaca tafsir?

Orang awam biasanya melihat terjemahan karena ada Alquran dan terjemahannya. Buat mereka yang pemahaman Islamnya lebih dalam, bacanya tafsir yang isinya lebih detail.     Oleh Fuji Pratiwi, ed: Muhammad Iqbal

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement