Selasa 10 Jan 2017 14:00 WIB

Oke Nurwan, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan: Kita Ratakan Distribusi Cabai Rawit

Red:

  Harga cabai, terutama cabai rawit, terus melambung beberapa waktu belakangan. Apa langkah terdekat Kementerian Perdagangan untuk bisa menekan harga cabai?

Kami tetap melakukan langkah pendistribusian dari daerah yang panen berhasil ke daerah yang harganya tinggi. Hal ini yang paling mungkin dilakukan. Sebab, tingginya harga cabai berada pada daerah-daerah tertentu. Sedangkan, daerah-daerah yang memang surplus, harga masih stabil. Kita akan ratakan penyebaran ini.

Apa yang dilakukan Kementerian Perdagangan agar distribusi bisa berjalan dengan baik dan merata sehingga bisa menekan harga cabai?

Kerja sama, komunikasi yang intens. Kementan (Kementerian Pertanian) menginformasikan daerah-daerah sentra produksi yang berhasil panen dan Kemendag (Kementerian Perdagangan) menginformasikan daerah-daerah yang harganya tinggi. Sementara BUMN, yaitu Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) melakukan operasi pasar dengan membeli dari petani dan mendistribusikan ke daerah-daerah yang diinfokan.

Berdasarkan analisis Kemendag, mengapa harga cabai di sejumlah daerah bisa tinggi?

Masalah distribusi, cuaca juga. Beberapa daerah memang infrastrukturnya tidak maksimal sehingga barang tidak tersampaikan dengan baik. Di satu sisi, barang tetap harus sampai karena kebutuhan masyarakat. Di beberapa daerah harus dikirim memakai pesawat. Ini yang membuat harga jadi tinggi.

Bagaimana dengan stok cabai?

Stok masih aman, di beberapa daerah masih surplus.

Kemudian, berdasarkan perkiraan, sampai kapan harga cabai masih terus tinggi?

Kalau dari kacamata cuaca, Februari cuaca mulai membaik dan produksi akan meningkat. Kami memprediksi harga cabai bisa mulai stabil pada bulan depan.

Jika harga cabai tidak kunjung stabil, apakah keran impor bakal dibuka?

Tidak. Keran impor akan tetap kami tutup. Karena sesungguhnya stok masih ada dan mencukupi. Apalagi, bulan depan produksi akan membaik.     Oleh Fuji Pratiwi, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement