Pembatasan solar berdampak pada rakyat kecil.
TANGERANG -- Pembatasan penjualan solar bersubsidi di wilayah tertentu meresahkan sebagian pengusaha kecil menengah (UKM). Hal ini karena pembatasan itu memengaruhi biaya transportasi bahan mentah maupun produk mereka.
Penjual barang mebel di Ciledug, Tangerang, Banten, Husein (30 tahun), mengakui harga dagangannya bisa berubah. Apalagi, jika berpengaruh pada omzet usaha yang dia geluti sejak 1986 tersebut.
Foto:Republika/Adhi Wicaksono
Angkutan umum metromini melakukan pengisian bahan bakar di salah-satu SPBU, Jakarta, Jumat (8/8).
"Kalau untuk harga jual, pasti naik, dari bahan-bahan furnitur juga pasti naik, jadi omzet bisa merosot," kata Husein di Tangerang, Jumat (8/8).
Husein membeli bahan baku mebel dari Jepara yang diangkut menggunakan truk ber bahan bakar solar. Pembatasan solar dikhawatir kan memengaruhi biaya pengiriman barang."Saya kan mengirim bahan baku dari Jepara menggunakan ekspedisi dan mereka pakai solar," katanya.
Pembatasan waktu penjualan solar subsidi pada pukul 18.00-08.00 membuat proses pengiriman barang dari Je para terhambat karena sopir enggan membeli solar pada malam hari."Pengiriman juga telat, kan pada nahan."Willy, pengusaha kayu di Tangerang, mengkhawatirkan pengiriman pesanan kayu ke pelanggan terhambat. Sebab, kayu yang dijualnya berasal dari luar Jawa yang dikirim menggunakan truk Fuso berbahan bakar solar.
Sekali pengiriman, truk itu memakan waktu empat hari dari Lampung dan Riau. Karena sopir enggan mengisi solar pada malam hari, dia khawatir waktu pengirimannya pun menjadi molor."Truk berbahan bakar solar sekali mengirim menghabiskan Rp 4 juta, kalau solar naik bisa Rp 6 juta," kata Willy.
Pengusaha tahu dan tempe di Bantul, Yogyakarta, Slamet, khawatir pembatasan solar subsidi bisa menaikkan harga tahu. Pengalamannya, jika harga solar naik, harga kedelai pun juga naik."Ongkos transportasi kedelai kan menggunakan solar," kata Slamet.
Muhidin, pedagang bensin eceran di Jalan Pemuda, Bogor, Jawa Barat, kini hanya men jual Premium, tak lagi solar. Pembatasan penjualan solar membuat teman-temannya di SPBU tak lagi berani menjual kepadanya.Padahal, biasanya dia menjual solar secara eceran ke sejumlah sopir angkutan umum.
Namun, kini Muhidin tak lagi bisa memenuhi permintaan sopir angkutan.Dia menyayangkan pembatasan solar itu karena berdampak pada rakyat kecil."Rakyat kecil tidak mungkin menimbun solar," katanya.
Ali, pemilik toko bangunan di Bogor, Jawa Barat, juga mesti mengganti bahan bakar pikapnya untuk mengantar barang bangunan. Biaya opera sionalnya bertambah, meski dia belum memutuskan kenaik an harga bahan bangunan di tokonya. rep:c80/c88/c74, ed:nur hasan murtiaji