JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan siaga darurat kekeringan yang dijalankan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Sosial Sekretariat Daerah Bidang Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bogor Makmur Rozak, evaluasi dilakukan agar penanggulangan darurat kekeringan tidak sebatas menyalurkan air bersih semata. "Kita lihat sejauh apa penyerapan upaya tersebut, apakah dapat menekan jumlah kekeringan atau malah menimbulkan dampak lain," katanya, Senin (29/9).
Menurut Makmur, rencananya, rapat evaluasi bersama semua pihak terkait akan segera dilakukan dalam pekan ini. Pemerintah juga menyiapkan data dan dokumen terkait kekeringan yang dilanda Kabupaten Bogor. "Kita akan bahas sejauh apa dampak kekeringan terjadi dan luas wilayah yang mengalami kesulitan air bersih," kata Makmur.
Bogor merupakan daerah penyangga Ibu Kota Jakarta yang memiliki banyak sumber mata air. Namun, Makmur mengatakan, kemarau panjang telah menyebabkan menyusutnya sumber mata air di sejumlah wilayah Kabupaten Bogor.
Menyusutnya ketersediaan sumber mata air membuat kekeringan yang berdampak pada sulitnya masyarakat mengakses air bersih untuk kebutuhan masak dan minum.
"Laporan BPBD menyebutkan, ada 21 desa di lima kecamatan yang mengalami kesulitan air bersih. BPBD juga sudah menyalurkan 105.000 liter air ke wilayah tersebut secara berkala," kata Makmur.
Makmur menyatakan, Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya menanggulangi kekeringan dengan tidak sekadar menyediakan air bersih saja. Namun, menurut dia, perlu ada kajian apakah di wilayah tersebut perlu dibangun sarana air bersih (SAB) agar kesulitan air di kemudian hari dapat ditanggulangi.
"Seperti tahun lalu, kita membangun dua sarana air bersih di wilayah Cariu dan Parung. Tahun ini, kita juga upayakan untuk membangun sarana tersebut," katanya.
Kekeringan terjadi di banyak wilayah di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun pulau lainnya. Kemarau menyebabkan petani gagal panen, sedangkan warga harus susah payah mendapati air. Kemarau juga menjadi salah satu pemicu kebakaran hutan.
Di Jakarta, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Emawati meminta warga untuk mengantisipasi cuaca panas tinggi karena berpotensi menggangu kesehatan. Dien meminta warga banyak meminum air putih untuk menghindari dehidrasi.
Selain itu, mengonsumsi sayuran dan makanan berkuah lainnya. "Ya, kalau lagi panas-panasnya, berteduh,"ujarnya saat dihubungi Republika, Senin (29/9).
Selanjutnya ia menuturkan dampak dari panasnya cuaca yang semakin meningkat. Menurutnya, ada dua sisi yang bisa ditimbulkan, antara lain dengan cuaca panas yang tinggi bisa terjadi kekeringan. Sehingga, warga berpotensi terkena penyakit diare.
Salah satu pencegahannya adalah mengonsumsi air yang harus dimasak terlebih dahulu. Selain itu, apabila menggunakan air isi ulang, harus dilihat ada atau tidak sertifikat kelaikannya. "Biasanya ada dari dinas kesehatan atau suku dinas," terangnya.
Di sisi lain, ada dampak positifnya, yakni demam berdarah bisa berkurang. Hal itu karena berkurangnya genangan air akibat panasnya cuaca.
c89/antara ed: teguh firmansyah