Jumat 19 Jun 2015 14:00 WIB

Stok Terbatas, Harga Naik

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

INDRAMAYU--Sejumlah kebutuhan bahan pokok mengalami kenaikan seiring masuknya Ramadhan. Di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat, lonjakan harga terjadi pada telur ayam akibat permintaan yang tak sebanding dengan pasokan dari peternak.

Pada Kamis (18/6), telur ayam sudah mencapai Rp 23 ribu per kg, padahal harga normalnya Rp 18 ribu per kg. "Sejak Rabu sampai hari ini (kemarin), banyak konsumen membeli telur ayam dalam jumlah yang banyak,'' ujar Titin, pedagang sembako.

Titin memperkirakan, tingginya permintaan menyebabkan harga telur ayam melonjak. Di sisi lain, pasokan telur ayam dari peternak justru terbatas. Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Tarsinih. Sejak dua hari sebelumnya, permintaan telur ayam memang meningkat.

Menurut Tarsinih, banyak yang memborong telur sebagai persediaan untuk lauk saat puasa. Ratna, ibu rumah tangga asal Desa Paoman, Kecamatan Indramayu, menyatakan sengaja membeli telur ayam dua kilogram sekaligus sebagai persediaan untuk sahur.

''Saat sahur, paling praktis masak telur. Gak ribet,'' kata Ratna. Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Dody Firman Nugraha meminta masyarakat tak panik dalam menghadapi kenaikan harga daging ayam.

Ia beralasan, bertambah mahalnya harga daging ayam merupakan tradisi saat memasuki bulan puasa. "Harga daging ayam selalu naik setiap memasuki Ramadhan. Namun, masyarakat harus tetap tenang dan jangan melakukan panic buying,’’ ujar Doddy.

Kalau masyarakat memborong daging ayam secara tidak wajar, jelas dia, akan mendorong harganya semakin tinggi. Harga daging ayam di tingkat peternak berkisar Rp 19 ribu per ekor. Namun, di tingkat pedagang besar Rp 34 ribu dan Rp 40 ribu per kg di tingkat pengecer.

Masing-masing pedagang mengambil margin dan di tangan konsumen menjadi mahal. Sutarmi, pedagang di Pasar Jungke, Karanganyar, Jawa Tengah, mengatakan, kenaikan paling tinggi saat ini adalah harga cabai merah yang mencapai Rp 5.000 setiap kilogramnya.

"Harga cabai memang edan, Mas,'' ujar Sutarmi. Ia menambahkan, hampir semua jenis cabai harganya naik. Cabai keriting yang semula Rp Rp 22 ribu naik menjadi Rp 27 ribu per kg, cabai merah dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu per kg.

Sedangkan, cabai rawit awalnya Rp 18 ribu, sekarang naik menjadi Rp 20 ribu per kg. Sunarni, pedagang di Pasar Jaten, Karanganyar, menuturkan, mahalnya harga cabai dipicu permintaan yang terus bertambah, sementara stok menipis.

Saat ini, pedagang di pasar tradisional di Karanganyar juga sulit menyediakan daging ayam kampung dan ayam potong. Kasinem, pedagang daging ayam di Pasar Jungke, mengatakan, kini harga daging ayam kampung Rp 70 ribu per kg dan ayam potong Rp 30 ribu per kg.

Berdasar pengalaman, kata Kasinem, harga awal puasa ini bertahan hingga pertengahan Ramadhan. Dua pekan menjelang Lebaran, harga naik lagi. ''Gonjang-ganjing harga demikian ini terus terjadi sepanjang musim puasa dan Lebaran,'' katanya.

Namun, kenaikan harga justru dikeluhkan pedagang di Pasar Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat. Prayitno, salah satu pedagang, mengatakan, sepertinya dari Ramadhan sampai Lebaran nanti harga kebutuhan pokok tidak akan turun.

Harga bahan pokok seperti minyak, sebelum datangnya Ramadhan adalah Rp 9.500, sekarang Rp 10.300. Sedangkan, harga gula sebelum puasa Rp 52 ribu, sekarang menjadi Rp 59 ribu. "Kepinginnya ya stabil, permainan distributor gede harus diawasi,’’ kata dia.

Ia mendesak pemerintah menekan para distributor agar tak melakukan permainan. Bila sudah diketahui distributor yang berbuat demikian, pemerintah mesti menanyakan alasan mereka dan mengusut tuntas tindakan mereka.

Pantauan Republika terhadap sejumlah pasar tradisional di Denpasar Barat, Bali, terjadi kenaikan harga sejumlah bahan pokok, mulai dari kemiri, cabai, daging ayam, hingga daging sapi. Harga kemiri naik hingga Rp 4.000 per kilogram, dari Rp 24 ribu menjadi Rp 28 ribu.

Cabai merah besar naik dari Rp 15 ribu menjadi Rp 18 ribu per kg. Di Pasar Kumbasari, harga daging sapi melonjak paling tinggi, yakni sebesar  Rp 40 ribu. Kini, harganya 130 ribu per kg. Seorang pedagang, Ni Made Asih, naiknya harga daging sapi karena minimnya stok sapi potong.

Komoditas turun harganya adalah bawang merah dan cabai rawit. Bawang merah turun dari Rp 35 ribu menjadi Rp 28 ribu per kg. Ini karena persediaan dari distributor banyak. Cabai rawit dari Rp 20 ribu jadi Rp 18 ribu per kg.

Operasi pasar

Direktur Bapokstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Robert Bintaryo mengatakan, saat ini kementerian terus melakukan operasi pasar di sejumlah daerah. Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok di pasar.

"Operasi pasar di seluruh daerah tetap berjalan dan saya mendapatkan informasi bahwa harga telur di peternak turun," ujar Robert ketika dihubungi Republika, kemarin. Ia menambahkan, harga daging sapi memang naik, tetapi masih dalam batas wajar.

Kenaikan harga daging sapi disebabkan tingginya konsumsi masyarakat. Selain itu, harga cabai juga masih tinggi karena pasokannya kurang. Menurut Robert, pada awal Ramadhan, harga biasanya cenderung naik karena konsumsi masyarakat juga meningkat. rep: Lilis Sri Handayani, Edy Setiyoko Arie Lukihardianti/Mutia Ramadhani/ Rizky Jaramaya/c21/c39 ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement