JAKARTA -- Pemerintah daerah (pemda) diminta ikut bergerak cepat merespons anomali perubahan iklim pada 2016. Pemerintah pusat bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus memantau perubahan iklim yang akan dikoordinasikan dengan daerah setiap hari.
"Pekan ini akan ada pengarahan oleh Presiden dan Wapres kepada pemda, kita semua harus siaga," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar pada Selasa (12/1). Koordinasi tersebut ditegaskan dengan mengirim perwakilan eselon I dan II Kementerian LHK untuk menjadi penanggung jawab antisipasi perubahan iklim di semua daerah.
Siti Nurbaya mencontohkan, pemantauan titik api penyulut kebakaran hutan di 2016 telah dimulai sejak 25 Desember 2015. Titik api muncul perdana pada 2-3 Januari 2016 di Riau. Pemerintah bersama pemda lantas menindaklanjutinya dengan memadamkan api agar tak menyulut kebakaran besar.
Menteri LHK menegaskan, pemda harus siaga jangan sampai kejadian kebakaran 2015 terulang. Soal sanksi bagi pemda yang lalai, Menteri Siti menegaskan ia tidak bekerja sendirian. "Bisa saja kita lakukan pemangkasan dana alokasi khusus. Tapi, yang terpenting saat ini koordinasi intens saja. Kita sedang bekerja semua," katanya.
Pemda juga nantinya akan berperan penting dalam pelaksanaan tanam pangan oleh petani setelah mengadaptasi anomali perubahan iklim 2016.
Di pihak lain, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menekankan agar informasi soal kondisi iklim kepada petani tidak terlambat pada 2016. Laporan dari BMKG harus cepat, tepat, akurat, dan apa adanya. Contohnya informasi soal El Nino dan La Nina. Petani tidak boleh terlambat mendapatkan kondisi terkini fenomena alam tersebut sehingga gagal mengantisipasi pertanaman pangan pada 2016.
"Untuk memulai tanam, kita tidak lepas dari ramalan BMKG. Seperti di 2015 kemarin, pemerintah terlambat dalam memberikan informasi," kata dia. Ia menerangkan, tanam padi saat ini tidak lagi Oktober-Maret, tapi dimulai Desember. Pada 2015, menurut informasi yang diperoleh El Nino berlangsung moderat. Pada kenyataannya, El Nino yang terjadi kuat.
Ia tidak paham alasan di balik ketidakakuratan informasi soal iklim tersebut kepada publik, termasuk petani pada 2015. Ia ingin pada 2016 BMKG dapat memberi informasi apa adanya. Dengan begitu, petani dapat berjaga-jaga menetapkan waktu eksekusi tanam beserta jenis tanamannya sepanjang 2016.
Menurut dia, informasi akurat soal iklim sangat penting, terlebih saat ini Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Di sisi lain, kondisi usaha tani belum efisien. "Kalau dihadapkan langsung dengan produk dari negara ASEAN lainnya, kita akui akan kerepotan karena efisiensinya kurang," tutur Winarno.
Sebelumnya, Kementan menyatakan telah mulai menyiapkan berbagai upaya untuk mengantisipasi gejala alam La Nina. Mentan Amran Sulaiman menyebut, langkah-langkah antisipasi di antaranya dengan menormalkan jaringan irigasi, menyiapkan pompa-pompa untuk membuang air, dan membangun sumur guna menyerap air di daerah-daerah rawan banjir.
Daerah-daerah tersebut di antaranya Karawang, Jawa Barat, dan Jombang, Jawa Timur. Antisipasi tersebut dilakukan sejak dini untuk mengurangi ancaman gagal panen petani. Amran mengatakan, ada hikmah di balik kejadian El Nino 2015, yakni ketersediaan pompa di lapangan. Pompa yang semula difungsikan untuk menarik air ke daratan nantinya akan berguna sebaliknya ketika banjir datang. n ed: fitriyan zamzami