Fatin tidak tahu, ada sepasang mata yang diam-diam memerhatikan gerak - gerik mereka.
Melalui monitor CCTV, di sebuah ruangan di lantai tiga, seorang lelaki separo baya terus saja mengawasi layar di hadapannya.
Dialah Rimbong, pemilik Hotel Tiara yang sering merasa tak beruntung dengan pernikahannya.
Rimbong telah menikahi Norma selama limabelas tahun. Namun, hingga detik ini mereka belum juga dkaruniai keturunan. "Hmmm, anak itu menarik sekali," gumam Rimbong.
Ia mengangkat telepon, menghubungi seseorang. "Bawa ke sini anak magang yang namanya Fatin itu, ya," pesannya yang diiyakan oleh Rieki.
Sementara itu, anak-anak magang memandangi Fatin terheran - heran. Fatin dengan santai dan nikmat melahap Lasagna di hadapannya. Piringnya licin tandas.
"Emang enak tuh?" dengus Nurul.
"Bisa, ya, menghabiskan makanan aneh begitu?" komentar Hendar, nyaris tak percaya juga dengan penglihatannya.
"Cobalah, enak dan bergizi," ajak Fatin, menyorongkan Spaghetti yang memang bagian Hendar.
Hendar menggeleng-geleng." Tidak, aku sudah mencicipinya, tidak cocok dengan lidahku," sanggahnya tergagap.
Tak berapa lama kemudian Rieki kembali mendatangi mereka. "Kalian diminta menghadap Bapak Direktur di lantai tiga. Mari ikut denganku," ajaknya ramah.
Fatin dan kawan-kawan bergerak dari ruang dapur. Mereka mengikuti pegawai itu dengan tegang. Kecuali Fatin yang melangkah dengan tertib, seakan sudah berserah apapun hasilnya tidak masalah.
"Hasil tesnya sudah keluar," kata Rieki sambil memimpin rombongan menuju ruang kerja Direktur Rimbong.
"Horeeee!" seru Nurul dan Dijah.
"Psssst, belum tentu seperti yang kalian bayangkan," bisik Hendar mengingatkan kedua temannya yang suka berlebihan merespon sesuatu.
"Maksudnya bagaimana, Pak Rieki?" Fatin minta kejelasan. "Nanti saja bicara langsung dengan Pak Rimbong," jawab Rieki berdiplomasi.
Mereka telah sampai di depan ruang kerja Direktur Rimbong. Rieki mengetuk pintu perlahan. "Masuk saja!" teriak suara bariton dari dalam.
Begitu pintu terbuka dan Rimbong segera melihat siapa saja yang datang, seketika berkata dengan nada gusar. "Rieki, aku hanya perlu dengan orang yang bernama Fatin!"
"Oh, maaf, maaf…." Spontan Rieki membungkuk-bungkuk hormat.
"Sudah, lainnya bawa ke dapur!" perintah Rimbong dengan suara lantang.
Kecuali Fatin lainnya segera digiring kembali menuju lift oleh Rieki. @@@ (Bersambung ke BAB III)