"Iya, Pak Rieki, sori!" Fatin berkelit gesit sekali, hingga Rieki hanya memegang udara hampa belaka.
? "Rasain, memang enak ditolak!" ejek ketiga karyawan di belakang punggung Rieki. Ketiganya memonyongkan bibir seksi mereka.
? Lelaki muda itu berlagak tak mendengar dan tidak melihat. Ia melangkah cepat diikuti oleh Fatin yang berjalan santai saja di belakangnya.
? Ketika hendak memasuki lift, rombongan anak magang seketika menghampiri. Mereka pun hendak ke lantai atas. "Huh! Makin somse saja nih!" kecam Nurul spontan begitu melihat keberadaan Fatin bersama Rieki.
? Selama itu ia bersama Dijah dan Hendar ditempatkan di bagian dapur. Tugasnya sama dan sebangun, yakni mengantar pesanan makanan para tamu. Mulai hari ini mereka ditugaskan di bagian room service.
? "Mentang-mentang mau dijadikan WIL si Bos!" dengus Dijah tak mau kalah mengejeknya. Tentu saja seperti Nurul, ia melemparkan ejekannya dengan berbisik.
? Fatin sama sekali tidak terpancing. Ia membisu dan hanya tersenyum manis di sebelah Rieki. Ketika sudah memasuki lift, tiba-tiba; bekkkk! "Aduuuuh!" Fatin terpekik ditahan, kakinya diinjak kuatkuat oleh Dijah.
? Rieki tak urung menoleh cemas ke arah gadis berjilbab itu. "Ada apa?"
? "Oh, eh, tidak apa-apa, kesandung," gagap Fatin mengelak. Kedua gadis itu memelototinya dengan tatapan mengancam.
? Sesungghnya Fatin bukan takut, melainkan lebih berpikir panjang. Jika ia mengadukan ikhwal yang sebenarnya, kuatir mereka akan ditegur. Boleh jadi diberhentikan masa percobaan kerja mereka. Fatin tidak tega jika harus mencelakai teman sendiri.
? Beberapa jenak tak ada yang berkata-kata lagi sampai lift berhenti di lantai tiga. Dijah kembali hendak mengusili Fatin. Tangannya terjulur hendak menarik ujung jilbab Fatin dari belakang. Sial, kali ini Rieki memergoki kelakuannya!
? "Kamu ini memang anak yang tak tahu diuntung, Dijah!" sergahnya sambil mencengkeram tangan gadis itu."Kalau bukan karena Fatin, kalian tidak akan lolos kerja di sini sejak hari pertama. Mengerti!"
? Wajah Dijah seketika pucat pasi. Demikian pula Nurul dan Hendar tersentak kaget sekali. Tak mengira Fatin ada yang akan membelanya begitu rupa.
? "Kalau bukan karena lagi sibuk, kalian ini, huh, sudahlah!" Rieki gusar sekali menatap wajah ketiga remaja itu dengan galak. "Ayo, Fatin, Bos sudah menunggu kita!"
? Fatin mengikuti langkahnya keluar lift. Sekilas ia masih melihat ketiga temannya terlongong hebat sampai pintu lift tertutup. "Jadi orang itu jangan terlalu baik, Dek," kata Rieki. (Bersambung)