"Hotel Tiara sebagai event organizer yang sering menyelenggarakan seminar, baik berskala Nasional maupun Internasional.
Kami selal mengedeankan rasa nyaman dan damai untuk para tamu," demikian Rimbong mengakhiri sambutannya.
"Aneh sekali," gumam si ibu yang masih bertahan duduk di sebelah Fatin."Mengapa wajah kalian mirip, ya kan, Jeng Asri?" Minta pendapat rekan di sebelahnya. "Iya, kukira tadi mereka ayah dengan putrinya. Tak tahunya, uhm!"
Fatin tidak mendengar lagi karena Rieki memberi isyarat agar menghampirinya, bergabung dengan panitia.
Dalam tiga hari itu Hotel Tiara disibukkan kegiatan seminar. Fatin bersama panitia diberi fasilitas kamar untuk menginap. Mau tak mau Fatin jadi sering berjumpa dengan sang Direktur.
Ada saja alasan Rimbong mengajak Fatin berlama lama di ruang kerjanya. Minta mengeluarkan emailemail yang masuk, menjadwal rapat rapat atau pertemuan dengan relasil, dan macammacam lagi.
"Jangan kuatir, nanti ada uang lembur," kata Rieki jika Fatin mengeluh bahwa itu bukan bidangnya. "Belajarlah sebanyak banyaknya selagi kamu di sini." "Maaf, bukankah semua itu tugasnya seorang sekretaris, Pak Rieki?"
"Hmm, boleh jadi kamu akan diangkat jadi sekretaris pribadinya nanti…."
"Waduh, mana bisa begitu? Aku harus sekolah sekretaris dulu, ya?"
"Sudahlah, syukuri dan nikmati saja. Jarang ada Direktur sehebat Bapak yang menaruh kepercayaan kepada karyawan baru begitu baiknya." "Nah, Pak Rieki juga merasa aneh, bukan?"
"Eh, bukan begitu…. Berpikir nya positif sajalah, eh, jangan panggil aku Pak, Pak terus. Paling umur kita beda lima tahun. Abang kek, Aa kek, ayo!"
"Oke, Pak, eh, Abang Rieki…. Jadi kita beda lima tahun saja, ya, Bang?"
"Mengapa memilih panggilan Abang?"
"Bukannya Bang Rieki asli Betawi?"
Sejak itu hubungan mereka menjadi lebih akrab. Kalau ada apaapa Fatin tak sungkan mengadukannya kepada Rieki.
@@@
Petang itu adalah hari terakhir seminar.
Fatin menghampiri Rieki yang baru selesai membagi sertifikat kepada peserta.
"Bang Rieki, bisa minta tolong?"
"Hmm, tolong apa?"
"Pulangnya nanti temani aku, ya, pliiiis," pinta Fatin untuk pertama kalinya meminta bantuan lelaki ganteng yang masih lajang itu.
"Loh, biasanya kan diantar sama Bapak?" (Bersambung)