Senin 28 Nov 2016 18:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (43)

Red:

Frankie semakin sering menghubunginya. Baik melalui chatting maupun telepon serta mengiriminya video-video kesehariannya di Belanda.

"Senang sekali tinggal di Belanda, ya," kata Fatin pada satu kesempatan chatt online dengan lelaki itu.

"Datanglah ke sini, Honey," pinta Frankie.

"Untuk apa?"

"Untuk jalan-jalan, having fun atau, hmm, menikahlah denganku, Honey…."

"Ngawuuuur!"

"Aku serius, pertimbangkanlah!"

Fatin semakin terbuai asmara. Umurnya baru 21 tahun, masih sangat belia. Banyak orang mengira dia anak SMA. Wajahnya yang cantik kini suka dipoles, pakaiannya pun modis dengan kerudung bergaya.

Saat Fatin gelisah dan galau begitu, sekonyong-konyong berdatangan laporan dari keponakan Samawa.

"Beberapa kali ada orang suruhan Pak Rimbong datang."

"Sepertinya mereka tukang pukul…."

"Iya, tampang mereka sangar- sangar…."

"Menanyakan Mbak Fatin dan anaknya…."

"Mereka mau mengambil si kecil…."

"Kata mereka, si kecil mau dibawa ke Jakarta…."

Laporan begitu terasa mengerikan di kuping Fatin.

"Demi Tuhan, aku tak ingin berpisah dengan anakku!" serunya berang sekali.

Samawa sempat memberinya saran. "Bagaimana kalau kalian pulang saja ke Cianjur? Setidaknya di sana…."

"Tidak, tidak bisa!" Fatin menolak cepat. "Mereka tidak akan bisa bantu apa-apa. Mereka dalam situasi lemah. Baga i mana mau melawan kekuasaan Rimbong dan istrinya?"

Fatin telah menyadari bahwa ada kongkalikong antara Heri, Rieki dengan Rimbong. Ia menganggap sosok-sosok itu adalah musuhnya kini. Tak bisa dibayangkan, andaikan sekarang ia kembali ke kampung halaman.

Membawa seorang anak yang masih kecil, status tidak jelas, dikejar-kejar begundal istri seorang konglomerat yang memiliki dana tidak terbatas?

"Huh! Sama saja seperti ular mencari penggebuk!" sungutnya mengomel-omel.

Samawa dan istrinya pun tak bisa berbuat apa-apa selain mengawasinya dengan tatapan prihatin dan iba.

Fatin curhatan kepada kekasih dunia mayanya, Frankie.

"Makanya, menikahlah denganku, selesai sudah urusanmu!"

"Tinggalkan Indonesia!"

"Mari, datanglah ke Holland!"

Bujuk rayu Frankie begitu gencar, setiap saat mereka ada kesempatan chatt online. Fatin yang goyah dan nyaris tak punya pegangan lagi, akhirnya luluhlantak

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement