Sabtu 10 Dec 2016 14:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggal Aku (54)

Red:

Ya Allah, tidak, aku takkan menjadi seorang pembunuh, ralatnya sekejap.

Mama, minum, Mama, rengek si kecil, setelah dibawa berputar-putar oleh ibunya, tanpa hasil apapun selain kelelahan sangat.

Bersamaan itu matanya menemukan aspirin, berceceran di lantai ruang tamu. Agaknya Frankie punya kebiasaan mengkonsumsi aspirin setelah lewat mabuk-mabuk.

Baik, ini minumlah, Cintaku, ujarnya gemetar saat

meminumi si kecil. Hmmm, enak, Mama. Kamu sudah sadar, Nak, kamu sehat ya Nak, gumam Fatin, menciumi wajah si kecil sambil bercucuran air mata. Mengapa Mama nangis? Oh, bukan, bukan nangis, Cintaku.

Mata Mama ada airnya, bisik si kecil memandangi wajahnya lekat-lekat. Tidak, Mama tidak apaapa. Mama tidak apa-apa, ya Ma? si kecil seperti ingin meyakinkan.

Mama senang kamu sudah sadar, elak Fatin meracau. Ia susah payah menahan rasa haru yang membuncah dalam dadanya.

Mama, jangan pergi lagi, pinta si kecil terdengar mengiris kalbu.

Fatin memeluknya, mendekapnya erat-erat seraya memangkunya menuju basement.

@@@

atu saat, ketika Fatin melintasi jendela di bagian belakang apartemen, matanya menangkap bayangan yang sangat diharapkannya menjadi Dewi Penolong.

Sosok itu seorang perempuan Belanda tua yang bergegas-gegas melintasi apartemen Frankie. Di tengah udara dingin penghujung bulan November, agaknya ia hendak pergi membeli makanan.

Mooom! Mudeeer! Help me, help me, please! jerit Fatin sambil mendekatkan wajahnya ke jendela kaca.

Mudeeeer! Heeei, heeei, Mudeeer! Fatin masih berteriak- teriak memanggilnya, berusaha keras menarik perhatiannya.

Ternyata ia seorang perempuan bisu tuli, mengira Fatin ingin mengajaknya bermain.

Sekejap ia memang menghampiri kaca jendela apartemen Frankie. Kemudian memperlihatkan tawanya yang lebar, sehingga gigi-giginya yang ompong tampak jelas.

Namun, perempuan tua itu lantas bergegas-gegas menjauhi apartemennya sambil melambaikan tangannya.

Oh, sia-sia belaka! Mama, itu orang asing, gumaman si kecil menghentikan upayanya minta pertolongan perempuan tua itu.

Ya, Nak, dia orang asing, balas Fatin dengan gumaman yang tak jelas.

Ia melihat basement, ruang bawah dari lantai pertama, kemudian memutuskan untuk 54 memasukinya. (Bersambung)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement