Jumat 23 Dec 2016 11:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (63)

Red:

Fatin mulai terbiasa untuk memasang kupingnya baik-baik. Sehingga ia bisa membaca pola gerakan dan kebiasaan si jahanam. Dia menerawang lelaki itu punya kebiasaan; bangun tengah hari, makan sambil nonton televisi atau DVD porno, sekitar pukul lima sore keluar rumah.

Pulang dinihari dalam keadaan mabuk, sering juga membawa serta perempuan-perempuan binal. Sekarang semakin sering pulang sebentar saja, agaknya sekadar ingin meyakinkan dirinya bahwa tawanannya masih aman di apartemennya.

"Bukaaa! Weeei! Aku perlu bicara dengan kamu, Fatin!" teriak lantang kembali menggedor dari balik pintu.

Fatin tidak menyahut. "Kamu masih butuh dokumen perjalanan, bukan?" Deeegh!

Dada Fatin serasa berdegup kencang.

"Mau kamu apakan…." Tanpa sadar ia merespon ancamannya. "Dalam tiga menit kamu tidak keluar dari kamar itu, awaaas!" "Apa? Mau apa kamu?"

"Aku? Yeeeeaaah, tentu saja akan kubakar paspor kalian! Habis perkara!"

"Jangaaan!"

"Aku hitung sampai 100!" "Oke, okeeee!"

Melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu si kecil seketika meloncat turun dari tempat tidur. Fatin sudah memberi beberapa pesan ringkas untuk si kecil, terutama jika menghadapi situasi gawat darurat, tindak kekerasan si jahanam.

"Nak, ingat pesan Mama, ya Nak," pinta Fatin mengingatkannya, dilihatnya si kecil sudah berada di sisinya, memegang tangannya dan menciuminya sekilas.

"Iya, Mama, aku ingat pesan Mama," sahut si kecil, masih menciumi tangan ibunya dengan takzim.

"Begitu Mama keluar, kunci pintu kamarnya. Oke, paham, Cintaku?"

"Iya, Mama, aku paham," sahut si kecil serius. Fatin membungkuk, memberikan kunci kamar ke tangan anaknya.

"Hati-hati Mama, hati-hati," bisik si kecil mendesir di kupingnya. "Baik, kita selalu saling mendoakan. Oke, Anakku, mhuuuua!"

Fatin menyelinap keluar kamar.

Ridho dengan sigap menutup dan menguncinya dari dalam.

Kliiik!

"Ridho harus usahakan masuk kamar dan kunci dari dalam."

"Ridho harus tetap bersembunyi."

"Ridho jangan pernah dekati Mama kalau Om Iblis sedang mengamuk."

"Pokoknya Ridho harus jauhjauh!"

Demikianlah pesan ibunya yang terekam kuat di benak si kecil.

Mau tak mau dari lubang pintu mata si kecil masih bisa melihat ibunya diterkam si Om Iblis.

Mama sepertinya melawan, ya, melawannya habis-habisan! (Bersambung)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement