Sabtu 27 Sep 2014 15:38 WIB

Bakti Li Na untuk Anak-anak

Red: operator

Setelah menjalani tiga kali operasi lutut kanannya, Li Na tahu kariernya mulai terancam ketika cedera pindah ke lutut kirinya pada Maret 2014. Cedera baru itu seakan menjadi tanda untuk mengakhiri kariernya.

"Tekanan dalam tenis putri sangat tinggi. Jika Anda ingin menjaga tetap dalam level tertinggi, Anda harus memiliki tubuh yang bugar. Tapi, saya tidak memiliki itu lagi,'' kata Li Na dikutip dari New York Times.

Li Na mengakui, sudah waktunya ia mengucapkan salam perpisahan pada dunia tenis. `'Sudah bu kan diri saya lagi jika memaksakannya,'' ucapnya.

Li Na menjalani operasi pada akhir Juli 2014 dan terus merasakan sakit di lututnya. Operasi yang kesekian kalinya justru tidak menolong fisik petenis putri asal Cina itu yang membutuhkan kebugaran untuk bertanding.

Ketika publik membutuhkan kepastian, Li Na membuat konferensi pers di Beijing. Dengan berlinang air mata, Li Na bangga dengan karier dan baktinya kepada dunia tenis selama ini. `'Saya tak menyesal membuat keputusan ini. Ketika saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya akan menyesal? Hati saya mengatakan, tentu tidak karena saya sudah mencoba hal yang terbaik dalam karier,'' kata dia.

Air mata juga datang dari salah satu podium ketika reporter mulai menangis dalam sesi tanya jawab.Reporter itu tergagap ketika mengajukan pertanyaan. Li Na menyambutnya dengan tangisan dan ia pun memberikan tisu kepada reporter tersebut.

Li Na, yang menurut Forbes merupakan atlet wanita urutan kedua dengan bayaran tertinggi di dunia setalah Maria Sharapova, mengaku akan beristirahat sementara dan fokus terhadap kehidupannya untuk membantu anak-anak bermain tenis. `'Mungkin selama dua bulan saya santai. Tapi, hidup harus terus berlanjut. Jauh di dalam hati saya, saya masih ingin mem bantu tenis untuk anak-anak,''ujar dia.

Li Na sudah mencari bibit-bibit untuk berjaya di dunia tenis dengan memasukkannya ke Akademi Tenis Li Na. Di dalam akademi tersebut, anak-anak akan diajarkan dengan metode ala Barat dalam pembelajaran dan Cina dalam kedisiplinan.

Li Na juga akan fokus pada isu-isu anak yang terlantar karena kemiskinan dan terinfeksi virus HIV.

Petenis berusia 32 tahun ini meraih grand slampertamanya pada usia 29 tahun di Prancis Terbuka (2011). Tiga tahun berikutnya, ia meraih grand slam keduanya di Australia Terbuka (2014) dengan mengalahkan Dominika Cibulkova.

Li Na merupakan petenis pertama Cina yang mampu sampai ke perempat final Grand Slam Wimbledon pada 2006. Awalnya, ia bermain bulu tangkis sebelum pindah ke arena tenis. rep:Wahyu Syahputra ed:endro yuwanto

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement