Sabtu 26 Sep 2015 19:04 WIB

Generasi Emas, Antara Mitos dan Kenyataan

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam khazanah olahraga, publik tentu sudah mafhum dengan frasa generasi emas (golden generation). Menurut pengertian yang disadur dari berbagai sumber, frasa tersebut memiliki arti sekelompok pemain penuh talenta dan berada pada rentang usia identik. Mereka telah atau diharapkan menorehkan prestasi di atas pencapaian yang sudah diraih tim- tim sebelumnya.

Sebuah pertanyaan pun mencuat di benak penulis. Sebelum populer, dari mana frasa generasi emas bermula? Ternyata, setelah ditelusuri, frasa tersebut dipopulerkan oleh media-media olahraga di Portugal.

Generasi emas mengacu pada pemain- pemain bertalenta kelas dunia semisal Luis Figo, Rui Costa, Joao Pinto, serta Jorge Costa. Mereka menjadi bagian dari kesuksesan Portugal menjuarai Piala Dunia Junior pada 1989 dan 1991.

Pada kesempatan perdana, Portugal bermain apik hingga berhasil menembus babak semifinal Piala Eropa 2000 di Belanda dan Belgia. Perjalanan apik Portugal dari fase grup, di antaranya dengan menyingkirkan Inggris dan Jerman, harus terhenti di tangan Prancis.

Dua tahun berselang, Piala Dunia 2002 di Korea dan Jepang bersiap menyambut ledakan Portugal. Namun, tak dinyana, Portugal gagal total di Piala Dunia 2002. Berada di Grup D bersama tuan rumah Ko rea Selatan, Amerika Serikat, serta Polandia, Portugal harus rela tersisih di fase grup.

Singkat cerita, Piala Eropa 2004 pun tiba. Terasa spesial lantaran tuan rumah adalah Portugal. Ekspektasi tinggi publik disertai rasa penasaran generasi emas menjadi jawara membuat tim tampil menggebu. Yunani, Spanyol, maupun Rusia di takkukkan di fase grup. Pada perempat final, giliran Inggris yang jadi korban. Sementara, pada empat besar, Belanda jadi mangsa Portugal.

Namun, asa tinggallah asa. Gol tunggal bomberYunani, Angelos Charisteas, pada babak final mengubur impian Portugal. Meskipun demikian, sebagaimana dijelaskan di awal, menembus final Piala Eropa tentu jadi pencapaian terbaik Portugal sepanjang sejarah.

Selain Portugal, di sepak bola terdapat contoh lain tim yang dijuluki generasi emas, yaitu Inggris (2001-2010). Akan tetapi, sebagaimana Portugal, tak satu pun prestasi kinclong, yaitu sebagai juara di Piala Eropa maupun Piala Dunia, berhasil ditorehkan. Pencapaian terbaik tim yang diperkuat David Beckham, Steven Gerrard, Frank Lampard, hingga Gary Neville hanyalah perempatfinalis.

Seperti di Piala Eropa 2004 maupun Piala Dunia 2006. Bagi Neville, sebutan generasi emas hanyalah sensasi karangan media. Di samping itu, frasa tersebut juga merupakan bagian dari komersialisasi tim.

Imbasnya, beban pemain bertambah berat lantaran senantiasa dituntut memenangkan sebuah turnamen. Ketika pemain gagal, apa yang terjadi? Tentu saja hujatan demi hujatan dilontarkan publik. Tak terkecuali dari media itu sendiri. "Jika orang bertanya, apa penyesalan terbesar Anda sepanjang karier? Jawaban saya tidak akan pernah berubah. Inggris (karier di tim nasional)," ujar Neville. Muhammad Iqbal ed: Fernan Rahadi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement