REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gianni Infantino telah terpilih menjadi presiden organisasi sepak bola internasional FIFA pada Jumat, 26 Februari lalu untuk menggantikan Sepp Blatter. Infantino gagal meraih dua pertiga suara untuk mengamankan kemenangan pada pemungutan suara pertama. Namun, pria berdarah Swiss-Italia ini didukung oleh 115 pemilih putaran kedua, sedangkan Syekh Salman hanya mendapat dukungan 88 pemilih. Sedangkan, Pangeran Ali al- Hussein hanya didukung empat pemilih.
Infantino mengaku tidak bisa mengungkapkan perasaannya ketika terpilih menjadi presiden FIFA. Ia mengaku telah melalui perjalanan yang luar biasa dan bertemu banyak orang fantastis.
Sebelum terpilih menjadi presiden FIFA, Infantino bekerja sebagai sekretaris jenderal Union of European Football Associations (UEFA) pada Oktober 2009 silam. Pria yang juga berprofesi sebagai pengacara ini juga berasal dari Swiss seperti Blatter. Bedanya hanya Infantino berasal dari Brig yang berjarak enam mil dari kampung halaman Blatter, Visp.
Pria berusia 45 tahun ini dikabarkan menghabiskan dana 500 ribu euro (Rp 7,2 miliar) untuk tur dunia dalam rangka kampanye pemilihan presiden FIFA. "FIFA sedang memasuki era baru. Kami akan mengembalikan citra FIFA dan memastikan semua orang akan senang dengan apa yang kita lakukan," kata Infantino, dikutip dari the Guardian, pekan ini.
Pada kampanyenya, Infantino menegaskan, ia dapat bergabung dengan sepak bola, meskipun Eropa sering dilihat sebagai yang terkuat. Ia mampu memikat lewat janji- janji pemilihannya untuk meningkatkan pendapatan dan memangkas biaya.
Ia tidak setuju bila sepak bola dibagi. Sebagai presiden FIFA, ia harus membangun jembatan untuk menyatukan sepak bola dari berbagai wilayah. Mengutip BBC pada hari pertama kerja penuh sebagai presiden FIFA, Infantino masih tidak tahu akan digaji berapa. Ia mengaku belum membicarakan gajinya pada siapa pun. Untuk mengatasi skandal FIFA terulang lagi, informasi gaji menjadi terbuka karena diawasi.
Selanjutnya, pemilihan tuan rumah untuk Piala Dunia 2026 seharusnya sudah dimulai pada 2015 dengan hasil keputusan di Kuala Lumpur tahun depan. Pemilihan tuan rumah Piala Dunia harus dimulai sebe lum kongres di Mexico City pada Mei mendatang. "Sekarang yang diperlukan adalah mengatur Piala Dunia terbaik dalam sejarah Rusia pada 2018 dan Qatar pada 2012," ujar pria kelahiran 1970 ini.
Kredibilitas Infantino tak diragukan lagi. Bagi presiden UEFA yang ditangguhkan, Michel Platini, Infantino adalah sosok pekerja keras. Keduanya telah bekerja sama selama sembilan tahun di UEFA sehingga Platini yakin Infantino akan menjadi presiden FIFA yang baik.
Direktur FA yang juga duduk di komite eksekutif kedua UEFA dan FIFA, Greg Dyke, mengatakan, pemilihan infantino disebut sebagai hari yang baik untuk sepak bola. Sementara, anggota komite eksekutif FIFA, Sunil Gulati, menilai pemilihan Infantino sebagai permulaan hari yang baik untuk olahraga. c31, ed: Fernan Rahadi