Petra Kvitova Trofi Perdana
Rasa gembira tengah menyelimuti hati Petra Kvitova. Petenis asal Republik Ceska itu patut gembira karena keberhasilannya meraih trofi pertamanya tahun ini dari turnamen Women Tennis Associated (WTA). Trofi itu diraih setelah ia mengalahkan petenis asal Slovakia, Dominika Cibulkova, pada turnamen Wuhan Open yang dilangsungkan pekan lalu.
Kvitova berhasil meraih kemenangannya hanya dalam waktu 62 menit dengan kemenangan 2-0 (6-1 dan 6-1) atas Cibulkova. Kemenangan ini menjadi istimewa karena pada daftar unggulan turnamen ini, Kvitova masih berada di bawah posisi Cibulkova.
Saya harus bersikap positif dari seluruh pertandingan yang saya mainkan di sini. Saya juga berusaha untuk melakukan hal yang sama seperti yang sudah saya tunjukkan sepanjang pekan di sini karena ini menjadi hal yang bagus buat saya, kata Kvitova usai pertandingan finalnya sebagaimana dilansir dari Globaltimes.
Kvitova melanjutkan, Trofi ini tentunya meyakinkan saya untuk terus bermain lebih baik lagi. Bagi petenis berusia 26 tahun, kemenangan ini membuat posisinya terkerek ke urutan 11 dalam ranking WTA dari sebelumnya berada di peringkat ke-16 dunia. Posisi ke-16 ini menjadi peringkat terendahnya sejak Mei 2011.
Kvitova kini memiliki poin 3.185 dari total 21 turnamen internasional yang sudah dilakoninya. Lantas, bagi Cibulkova, posisinya juga turut melambung ke peringkat delapan dengan 3.500 poin dari 22 turnamen WTA yang sudah digeluti musim ini. Bambang Noroyono, ed: M Akbar
Rahaf Khatib Sampul Majalah Kebugaran
Sungguh tak pernah disangka oleh pelari maraton Rahaf Khatib jika ia mendapat kesempatan untuk menjadi model sampul majalah kebugaran terbitan Amerika Serikat. Tetapi, semua hal yang tak disangka itu ternyata menjadi kenyataan ketika majalah Women's Running memajang dirinya dengan pose berhijab.
Bagi majalah Women's Running, pemilihan wanita berhijab sebagai model sampul menjadi kali pertama. Pemimpin Redaksi Jessie Sebor mengatakan, keputusannya itu tak lepas dari keluhan yang disampaikan Khatib. Ia mengatakan, pelari asal Michigan ini telah mengirimkan surel berisi keluhan mengenai minimnya sosok perempuan berhijab yang terwakili di majalah wanita.
Ia menantang kami apakah kami siap mengubahnya. Saat itu kita tak bisa membantu, tapi kami hanya mendengarkan, kata Sebor seperti dilansir dari Buzzfeed.
Selanjutnya, pertemuan pun berlanjut di Berlin saat Khatib mempersiapkan dirinya untuk tampil pada gelaran lari maraton keenamnya. Saat ditanya perasaannya muncul di sampul majalah, ia mengaku tak menyangka Women's Running akan menanggapi e-mail-nya.
Khatib mengisahkan, selama mengikuti lari maraton di Paris pada 2015 ia tak pernah melihat satu pun pelari berhijab dalam perlombaan. Padahal, pada beberapa kesempatan lari lain, ia melihat banyak perempuan berhijab di lapangan.
Saat itu ia merasa kurang terwakili sebagai pelari dengan jilbab. Padahal, menurutnya, semua orang harus diterima tak peduli identitas ataupun rasnya. Tak peduli seksualitas Anda, agama Anda, kita semua melintasi garis finis yang sama, secara harfiah maupun kiasan, ujarnya. Gita Amanda, ed: M Akbar