Selasa 15 Jul 2014 14:30 WIB

Pertumbuhan Asuransi Jiwa Tertekan

Red:

JAKARTA — Sepanjang 2014, industri asuransi jiwa syariah mengakui bukan waktu yang menggembirakan. Beberapa asuransi syariah, khususnya yang full fledged (full syariah) berkembang tak sesuai harapan.

Direktur Utama Amanah Giri Artha, Azwir Arifin, menyatakan bahwa perseroan masih terus menggenjot pertumbuhan. Karena hingga Juni 2014, pertumbuhan premi baru mencapai 20 persen dari target. "Namun, kalau dibandingkan dengan Juni 2013, pertumbuhan (year on year) cukup signifikan," ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (14/7).

Hingga Juni 2014, pertumbuhan premi baru sampai Rp 20 miliar dari target Rp 100 miliar. Sedangkan, aset sudah berada di kisaran Rp 80 miliar.

Ia menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ganjalan dalam pertumbuhan. Pertama, tentu saja karena Amanah Githa sebagai perseroan masih sangat baru, yaitu berdiri sejak Januari 2013.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. Selain itu, kerja sama dengan dunia perbankan di tengah perlambatan juga tidak mudah.

Azwir mengemukakan, perbankan memiliki persyaratan, khususnya dalam hal risk management yang cukup ketat. "Sehingga, tak sesuai dengan yang diharapkan perseroan," katanya.

Meskipun demikian, Azwir menambahkan, perseroan masih akan terus meningkatkan pertumbuhan melalui jalur distribusi korporasi. Sesuai dengan target, tahun ini pihaknya akan meningkatkan volume bisnis di jalur korporasi.

Selain itu, pada 2015 perusahaan akan fokus pada agensi. Walaupun begitu, bisnis agensi sebenarnya telah berjalan dengan 200 agen. "Sebagian besar telah tersertifikasi dan sedang mengambil lisensi agar fokus kami maksimal pada 2015," ujar Azwir.

Takaful

Tantangan pertumbuhan tahun 2014 juga dialami PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK). Direktur Utama Asuransi Takaful Keluarga (selanjutnya disebut Takaful) Ronny Ahmad Iskandar mengemukakan bahwa sepanjang semester I 2014, tak sedikit bank syariah yang berjalan dengan hati-hati. Kehati-hatian ini tecermin dalam menurunnya pembiayaan atau disebut melambat by design.

Perlambatan tersebut, kata Ronny, berpengaruh kepada aktivitas usaha kredit asuransi jiwa syariah. Salah satunya, PT Asuransi Takaful Keluarga yang kredit jiwanya rontok hingga 50 persen.

Ronny menyatakan, perseroan sempat meraih premi asuransi jiwa kredit yang cukup besar pada akhir 2013. Total preminya mencapai Rp 100 miliar.

Sayangnya, tahun ini hingga Juni, total premi credit life hanya mencapai Rp 25 miliar. "Artinya, ada penurunan hingga 50 persen," katanya.

Meski begitu, ia mengaku hingga pertengahan 2014, pertumbuhan Takaful sesuai yang diharapkan. Karena, beberapa sektor lainnya, yaitu bancassuranse dan bisnis korporasi tumbuh sangat baik. Bahkan, dana tabarru-nya berada di atas Rp 100 miliar.

Sehingga, perseroan hingga pertengahan tahun memiliki surplus dana tabarru senilai Rp 40 miliar. Padahal, hingga akhir 2013 saja surplus dana tabarru hanya sebesar Rp 31 miliar.

Oleh karena itu, perseroan masih optimistis mampu mencapai target pertumbuhan premi 25 persen. "Khususnya, dari keuntungan atau surplus dana tabarru," ujar Ronny A Iskandar.  ed: irwan kelana

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement