JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (Persero) secara resmi telah melepas unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS). BTPN Syariah resmi beroperasi sejak Senin (14/7).
Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal menyatakan, selama ini perseroan terus mengembangkan bisnis yang berfokus pada pelayanan dan pemberdayaan masyarakat kecil. Khususnya, mendorong akses finansial bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Serta, konsisten mendorong usaha mikro dan kecil, termasuk masyarakat prasejahtera produktif.
Langkah strategis yang dilakukan perseroan adalah mengembangkan UUS menjadi BUS. Dengan melakukan serangkaian aksi korporasi, yaitu mengakuisisi PT Bank Sahabat Purba Danarta (BSPD) menjadi bank syariah.
Anika menyebutkan, aset BTPN Syariah bertambah Rp 500 miliar setelah akuisisi Bank Sahabat Purba Danarta (BSPD), sehingga total aset per Maret 2014 di kisaran Rp 2,5 triliun.
"Kita memiliki data per Maret, aset sebesar Rp 2,5 triliun. Aset Bank Sahabat tidak besar. Dari unit usaha syariah (UUS) BTPN sekitar Rp 2 triliun, kemudian Rp 500 milar dari Bank Sahabat Purba Danarta. Konsolidasinya juga akan dilakukan pada kuartal III," tuturnya.
Dia mengatakan, BTPN telah mengakuisisi BSPD dengan membeli 70 persen sahamnya. Kemudian, BTPN juga melakukan proses pemisahan (spin off) UUS menjadi BUS, sehingga kini menjadi entitas baru BTPN Syariah. "Setelah akusisi dengan BSPD, jumlah cabang BTPN Syariah kini bertambah menjadi 18 cabang, termasuk lima cabang tambahan dari BSPD," tuturnya.
Anika menegaskan, BTPN Syariah memiliki target untuk bisa meraih modal sebesar Rp 1 triliun hingga akhir 2014. "Induk akan terus menyokong anak usaha perseroan yang baru saja lahir ini. Termasuk, dalam hal permodalan agar BTPN Syariah bisa masuk kategori BUKU (Bank umum kegiatan usaha) II, yakni bank dengan aset di atas Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun," papar Anika Faisal.
Anika menyebutkan, BTPN Syariah akan fokus melayani segmen tunas usaha rakyat. Tunas usaha rakyat adalah kelompok keluarga prasejahtera. Dengan tujuan memberdayakan jutaan keluarga pra/cukup sejahtera untuk meraih kehidupan yang lebik baik. ''Mereka harus membangun empat perilaku kunci, yaitu berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan saling bantu,'' ujar Anika Faisal di Jakarta, Selasa (15/7).
Lebih jauh, Anika menjelaskan, BTPN Syariah akan mengincar pasar prasejahtera, khususnya kaum perempuan. Menurut arahan induk perseroan, meningkatkan taraf hidup perempuan atau ibu rumah tangga justru mempercepat peningkatan kemampuan ekonomi sebuah komunitas. "Selain itu, kehadiran BTPN Syariah takkan beririsan dengan produk pembiayaan induk," tutur Anika Faisal.
Direktur Utama BTPN Syariah Harry AS Sukadis menambahkan, pembiayaan yang dilakukan BTPN Syariah berada di bawah level mikro. ''Pembiayaan Rp 1 juta hingga Rp 3 juta, tapi rata-rata Rp 1,5 juta dengan tenor satu tahun. Jika perform (kinerjanya baik) maka bisa di atas angka tersebut,'' tutur dia kepada Republika, Selasa (15/7).
Secara umum, menurut dia, fokus tersebut mengarah kepada home industry. Di mana, BTPN Syariah akan mengirim tim mobile marketing syariah untuk melakukan pembinaan komunitas.
Komunitas ini dalam melakukan pembiayaan akan saling terkait dan bantu membantu. Dengan kata lain, jika salah satu anggota gagal membayar maka yang lain berkewajiban menutupinya. Dengan cara ini, BTPN Syariah bisa menjaga tingkat pembiayaan bermasalah (NPF).
Harry menambahkan, ke depan pihaknya belum berpikir untuk memperluas segmen. Menurut dia, pangsa pasar di sektor perbankan untuk kelas prasejahtera produktif masih sangat besar.
Sebagai gambaran, saat masih menjadi UUS BTPN, jumlah nasabah yang menjadi segmennya, yakni prasejahtera produktif mencapai 1.041.357 nasabah, berdasarkan data per 31 Maret 2014. Angka ini meningkat 95,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 532.725 nasabah.
Sedangkan, nilai pembiayaan mencapai Rp 1,62 triliun per 31 Maret pada 2014 atau tumbuh 160 persen dari periode yang sama tahun lalu. rep:ichsan emrald alamsyah/antara ed: irwan kelana