Kamis 25 Sep 2014 13:00 WIB

UII Kembangkan Penerapan Sistem Keuangan Syariah

Red:

YOGYAKARTA -- Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mendukung dan ikut mengembangkan penerapan sistem keuangan syariah di Indonesia dan dunia.

"BMT Immersion Program yang diselenggarakan P3EI Fakultas Ekonomi UII adalah salah satu bentuk kontribusi kami agar sistem keuangan syariah, khususnya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) semakin maju dengan pengelolaan yang profesional," kata Rektor UII Harsoyo di Yogyakarta, Selasa (23/9).

Menurut dia, sistem keuangan syariah dari hari ke hari terus berkembang dan semakin diminati perekonomian dunia. Bahkan, negara-negara di Eropa yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam mulai gencar mengembangkan sistem keuangan syariah.

"Mereka telah mengakui bahwa sistem keuangan syariah memiliki prospek baik ke depan, sehingga mereka banyak mempelajarinya," katanya.

Ia mengatakan, salah satu lembaga keuangan yang berkembang paling menonjol dalam dinamika keuangan syariah di Indonesia adalah BMT. Bahkan, dalam sebuah seminar bertajuk "Poverty Alleviation Through Islamic Microfinance: The BMT Model in Indonesia" yang diselenggarakan di Singapura, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dikenal dengan BMT itu dinilai sebagai yang terbaik di dunia.

"Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 4.000 unit BMT yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total aset mencapai Rp 15 triliun lebih," kata Harsoyo.

Perwakilan dari Perhimpunan Baitul Mal Wat Tamwil Indonesia (PBMTI) Mursida Rambe mengatakan, ada 580 BMT yang tersebar di delapan provinsi yang merupakan anggota dari PBMTI.

"Sekitar dua juta nasabah BMT merupakan pelaku ekonomi mikro sehingga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian dari kaum dhuafa menjadi pelaku ekonomi mikro menengah," katanya.

Pada kesempatan sebelumnya, ahli keuangan mikro syariah  Saat Suharto Amjad mengatakan BMT  dapat menggerakan masyarakat kecil untuk menabung. Meskipun tabungannya tidak sebesar kalangan menengah atas.

Selama ini, kata Saat, masyarakat menabung tidak dalam bentuk uang. Namun berujud hewan ternak, perhiasan, tanah dan lain-lain. "Meskipun untuk menabung, BMT harus melakukan jemput bola," kata Saat Suharto Amjad dalam seminar bulanan Dashboard Ekonomi Kerakyatan (DEK) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (4/7).Adanya tabungan ini membuat BMT dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan. "Dana yang ada di BMT 90 persen dari masyarakat," kata Saat.

Saat ini, kata Saat, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dibiayai BMT banyak yang dikelola para sarjana. Sehingga kondisi UMKM dapat diajak untuk 'berlari' dalam meningkatkan volume usahanya. 

"BMT dilahirkan oleh orang-orang dengan visi misi serta kepentingan yang sama. Yaitu, pertama, orang yang memiliki keinginan kuat melakukan perbaikan taraf hidup komunitas masyarakat di sekitar BMT. Kedua, merindukan berseninya sistem ekonomi syariah," katanya. antara ed: irwan kelana

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement