JEDDAH -- 12 bulan ke depan diprediksi akan lebih menantang bagi sukuk global yang diterbitkan pada 2016 ini. Pasalnya, tahun ini diprediksi menjadi tahun paceklik bagi pasar surat utang syariah sejak 2010.
CIMB Group Holdings Bhd Malaysia memprediksi volume terbitan sukuk tahun ini akan mencapai 40 miliar dolar dari 34,5 miliar dolar pada 2015. Prediksi ini masih lebih rendah dari catatan di 2012 sebesar 50,1 miliar. Investasi dan belanja infastruktur akan memegang kendali penerbitan sukuk tahun ini.
Sepanjang 2015, volume sukuk negara-negara kawasan Teluk sudah turun 33 persen menjadi 9,9 miliar dolar. Angka itu merupakan yang terendah sejak 2011. ''Diharapkan tahun ini akan ada peningkatan yang dimotori belanja Qatar dan Arab Saudi,'' ungkap Deputi CEO CIMB Islamic Bank Bhd, Mohamad Safri Shahul Hamid, seperti dikutip Saudi Gazette beberapa waktu lalu.
Belanja infrastruktur Qatar mencapai 182 miliar dolar untuk pembangunan jalan dan stadion sebagai persiapan gelaran Piala Dunia 2022. Sebagai eksportir terbesar, merosotnya harga minyak hingga 41 persen sepanjang 2015 juga diprediksi akan mendorong Arab Saudi menerbitkan sukuk.
Belum lagi defisit anggaran yang mereka tanggung. Kerajaan di Timur Tengah itu, menurut Standard & Poor's, akan berupaya menutup bocor pembiayaan negaranya.
Pemerintah Indonesia sudah menetapkan pembiayaan infrastruktur lebih dari 21,9 miliar dolar tahun ini dan sebagian proyeknya akan dibiayai dari sukuk. Malaysia sendiri memiliki program pengembangan usaha lokal untuk ikut dalam pembangunan jalan, rel, dan pembangkit energi yang dibiayai dari sukuk.
''Tahun ini memang tidak akan mudah,'' kata Kepala Pasar Islam Aminvestment Bank Bhd, Mohd Effendi Abdullah. Sukuk berbasis proyek bisa saja digunakan, tapi perusahaan akan mencari alternatif lebih murah di tengah kondisi ekonomi yang belum membaik.
Perlambatan ekonomi, menurut RHB Investment Bank Bhd, tampak menjadi beban modal dunia usaha dan investasi mereka. Calon penerbit sukuk juga harus berhadapan dengan biaya yang lebih tinggi setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acurannya. Bahkan, the Fed memberi sinyal suku bunga masih bisa kembali dinaikkan. ''Pasokan sukuk akan turun dengan makin tingginya ekspektasi imbal hasil tinggi,'' kata Kepala Pasar Keuangan RHB Investment, Angus Salim Amran.
Turunnya harga minyak akan dimanfaatkan pemerintah dan korporasi untuk melakukan efisiensi. Ini akan membuat opsi utang melalui sukuk berkurang.
Angus melihat peningkatan pendapatan pemerintah dan defisit anggaran negara sebenarnya bisa saja membuka celah penerbitan sukuk. Namun, di saat bersamaan, jika korporasi mengurangi jumlah terbitan sukuk, volume sukuk tahun ini akan sama saja seperti 2015.
Penerbitan sukuk global pada 2015 sudah turun 29 persen dibanding tahun sebelumnya. Tren penurunannya bahkan sudah terlihat pada 2014 dengan volume sukuk 48,5 miliar dolar dari 48,8 miliar dolar pada 2013.
Sebelumnya, perusahaan listrik terbesar Malaysia, Tenaga Nasional Bhd, bersiap menjaring likuiditas valuta asing di pasar surat utang. Setelah 20 tahun, Tenaga Nasional akan kembali melakukan penawaran sukuk senilai 3 miliar dolar AS.
Tenaga Nasional terakhir kali menerbitkan obligasi valuta asing pada 1996. Dana sukuk kabarnya akan digunakan untuk membiayai investasi di luar negeri, termasuk pembelian 30 persen saham perusahaan energi di Turki, Gama Enerji AS, seharga 243 juta dolar AS.
Penerbitan ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan sukuk global. Langkah Tenaga Nasional juga sekaligus mengawali penerbitan sukuk oleh Malaysia pascakenaikan suku bunga acuan Federal Reserve pada Desember 2015 lalu. ed: ichsan emrald alamsyah