Senin 11 Jan 2016 15:00 WIB

Citra Hotel Ekonomis Perlu Dibenahi

Red:

JAKARTA--Keinginan Indonesia untuk mengembangkan potensi wisata halal mendapatkan sambutan positif dari kalangan pelaku bisnis perhotelan. Namun, agar dapat bersaing dengan negara lain, kondisi infrastruktur wisata halal di Indonesia perlu dibenahi.

Country Director Indonesia Nida Rooms Anna E Dartania mengatakan, wisata halal perlu ditopang oleh kesiapan industri perhotelan, baik hotel mewah maupun ekonomis. Hotel, dinilainya, sebagai fasilitas pendukung yang sangat vital di industri pariwisata. "Di Indonesia, banyak sekali berdiri hotel. Namun, ini perlu dibenahi agar sesuai dengan konsep wisata halal," ujar dia di Jakarta, akhir pekan lalu.

Anna menyoroti kesiapan di kalangan hotel ekonomis untuk menyambut wisata halal. Hotel-hotel ekonomis yang jumlahnya sangat banyak perlu dibenahi agar sesuai dengan syariah. Karena, wisatawan yang datang ke Indonesia tak selalu ingin tinggal di hotel mewah. "Hotel ekonomis ini perlu dibenahi dari sisi citra dan kualitas layanan," kata dia.

Citra yang melekat di hotel-hotel ekonomis, Anna mengakui, masih belum baik. Masih ada citra negatif yang membuntuti hotel-hotel ekonomis. Belum lagi, soal kualitas layanan yang harus dijaga.

Tak hanya itu, Anna menyatakan, banyak pelaku bisnis di perhotelan yang hanya memikirkan pendapatan. Pelaku hanya mementingkan agar hotelnya cepat terisi.

Padahal, bisnis perhotelan ini mesti didesain untuk jangka panjang. "Agar bisnis ini berkelanjutan, para pengusahanya perlu peduli, teredukasi, dan memiliki kriteria halal," ucap dia.

Nida Rooms merupakan virtual hotel operator yang sudah beroperasi di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Nida Rooms menggandeng hotel-hotel untuk bermitra dengan cara pihak hotel memberikan sejumlah kamarnya untuk dipasarkan oleh jaringan Nida Rooms.

Meski hotel-hotel yang diajak bermitra ini merupakan hotel ekonomis, manajemen Nida Rooms berani menjanjikan layanan lokasi yang terbaik, harga terbaik, dan layanan terbaik.

Selain pasar secara umum, Nida Rooms juga menarget grup-grup umrah sebagai pelanggannya. Grup-grup umrah dari daerah, Anna mengatakan, biasanya melakukan transit di Jakarta atau di kota besar lainnya sebelum diterbangkan ke Arab Saudi.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan sebanyak 20 persen dari total 10 juta wisatawan mancanegara (wisman) akan menikmati wisata halal. Target sebanyak itu dinilai sangat mungkin tercapai karena lebih rendah dibandingkan target wisata halal negara lain.

Angka 10 juta wisman ini masih lebih kecil dari jumlah turis pariwisata halal Thailand yang mencapai enam juta orang, Malaysia lima juta orang, dan Singapura empat juta orang. ''Thailand mayoritasnya non-Muslim, tapi mereka bisa memosisikan bisnis untuk wisatawan Muslim,'' ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya, beberapa waktu lalu.

Pada 2019, target turis wisata halal ditargetkan bisa seperempat dari total 20 juta wisatawan mancanegara. Apalagi, belanja turis wisata halal yang berkisar antara 1.500-1.700 dolar AS per kapita per hari lebih besar dari rata-rata belanja wisatawan asing sebesar 1.200 dolar AS per kapita per hari.

Per Oktober 2015, Kementerian Pariwisata mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 8.017.589 orang atau naik 3,38 persen dari periode yang sama pada tahun lalu. Hingga akhir tahun ini, proyeksi 10 juta wisatawan mancanegara ditargetkan bisa terpenuhi.

Devisa pariwisata dari wisman ditargetkan bisa mencapai Rp 172 triliun dengan angka kunjungan dipatok minimal 12 juta orang pada 2016. Kontribusi pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional diproyeksikan akan meningkat menjadi lima persen dan jumlah lapangan kerja yang diciptakan menjadi 11,7 juta tenaga kerja. ed: ichsan emrald alamsyah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement