Oleh:SiwiTri Puji B -- Mungkin kelompok pe retas dunia Anony mous, mungkin juga kelompok lain. Atau dua-duanya. Yang pasti, militer Israel mengatakan, sejumlah peretas internet lintas negara kian gencar menyerang situs-situs resmi mereka sejak negara itu melancarkan operasi meng gempur Gaza. Dalam waktu singkat, peretas berhasil mengambil alih akun Twit ter mereka dan mengunggah pesan palsu.
Laman berita Israel Ynet mengunggah satu tampilan layar apa yang mereka sebut sebagai kicauan penyerang. Tertulis di akun itu, "Perhatian: Kemungkinan terjadi kebocoran nuklir setelah dua roket menembak fasilitas nuklir Dimona di wilayah selatan negara."
Tak hanya itu, peretas juga berhasil ‘mampir’ sebentar di situs Departemen Pertahanan Israel. Sejenak mereka me nguasai akun juru bicara kementerian, @IDFspokesperson, untuk menyatakan akun Twitter militer Israel telah dijebol. Sebuah kelompok peretas internet yang menyebut diri mereka Syrian ELectronic Army (SEA) mengaku ber tang gung jawab atas serangan itu. "Selalu via @Official_SEA16. Jayalah Palestina," begitu cecuit di akun resmi SEA.
Tak lama berselang, kelompok Anon Ghost — dari namanya merujuk pada salah satu cabang hactivis Anonymous — mela kukan serangan serupa. Seperti serangan ‘sederhana’ Anonymous sebelumnya, mere ka melancarkan taktik serangan DoS atau denial of service dengan kode OpSave Gaza untuk melumpuhkan server ataupun jaringan Internet milik pemerintah Israel.
Gempuran di dunia maya atas Israel dimulai pada Jumat lalu. Semua serangan — dengan sandi "Israhell" — bertujuan memperlihatkan kekejaman militer Israel di Jalur Gaza. Meski dalam beberapa hari ini Israel sesumbar bahwa skala serangan tak se menakutkan ancaman yang terlontar, na mun mereka diam-diam keder juga. Se perti disebutkan dalam ulasan Times of Israel, beberapa dari jutaan serangan ini sangat mengganggu. Bahkan, kata mereka, beberapa sangat menakutkan.
Satu hal yang mereka khawatirkan, adalah jika serangan ini masuk ke sistem yang mengontrol infrastruktur, seperti stasiun listrik, pabrik desalinasi air, dan komputer yang mengontrol lampu lalu lintas. Seorang pakar teknologi informasi, seperti dikutip harian ini, bahkan menyamakan serangan cyber ini dengan ancam an senjata nuklir.
Tanda-tanda ke arah sana, katanya, mulai terlihat. Banyak pesan broadcast masuk ke ponsel warga Israel yang diduga berasal dari Hamas dan Shabak — istilah Ibrani untuk dinas keamanan Israel — memperingatkan bahwa, antara lain, sebuah pabrik kimia di Haifa telah dihancurkan, dan bahwa teroris berkeliaran di jalan-jalan Tel Aviv, siap untuk menembak siapa saja. Belakangan diketahui pesan itu hoax, diduga dikirim peretas.
Sejak awal serangan ke Gaza dua pe kan lalu, website Israel mengalami jum lah serangan hampir 10 kali lebih banyak dari jumlah biasanya. "Jika pada hari biasa pemerintah Israel dan situs kelembagaan mengalami 100 ribu kali serangan, maka sejak beberapa hari lalu jumlah serangan meningkat 900 persen dengan jumlah serangan sebanyak sejuta kali sehari," kata Isaac Ben-Israel, pakar IT di Tel Aviv University. "Angka 900 persen jelas bukan angka main-main."
Menurutnya, ia tak terlalu khawatir ketika roket Hamas diarahkan ke sasaran strategis di Ashdod, Dimona, dan Hadera - khususnya reaktor nuklir Dimona dan pembangkit listrik utama Israel Electric Company di Hadera karena militer Is rael punya penangkal roket. "Namun ketika peretas profesional berusaha untuk menyusup ke sistem yang mengontrol infrastruktur Israel dengan tujuan untuk mengganggu aliran air, listrik, transportasi, dan sistem penting lainnya, ini pa tut diwaspadai," katanya.
Ia menyebut salah satu contoh ‘remeh’ serangan itu; sistem kereta api Israel. "Jika mereka berhasil menyusup ke sana, maka bencana akan muncul ketika dua kereta tiba-tiba berjalan di rel yang sama dalam arah yang berlawanan. Ini sungguh fatal," katanya.
Bagi Israel, peretasan jelas bukan ancaman main-main. Hal tak diinginkan nyaris terjadi pada tahun 2012, ketika Syrian Electric Army masuk ke sistem irigasi dari sebuah wilayah pertanian di Israel utara dan menutupnya. Kelompok ini mampu masuk dalam sistem melalui lubang keamanan dalam versi Windows yang belum diperbarui. Namun mereka segera bertindak sigap. Irigasi bagi pertanian di Israel adalah jantungnya.
Hingga dua pekan lalu, Israel masih berbangga bahwa sistem infrastruktur mereka — utamanya Israel Electric Com pany, Perusahaan Air Minum Mekorot, dan Israel Railways — sangat terlindung dan mengadopsi teknologi keamanan maya yang komprehensif. Namun sejumlah serangan teranyar membuktikan bahwa sistem yang dijaga ketat tidak kebal terhadap peretasan. Selama beberapa hari terakhir banyak orang Israel menerima pesan teks (SMS) dari berbagai kelompok, termasuk surat kabar Haaretz hingga Brigade Al-Qassam-nya Hamas. Semua pesan palsu.
Sebuah pesan dalam bahasa Ibrani, terkirim ke puluhan ribu warga Israel. Dari bahasanya, jelas ini bukan bahasa resmi pemerintah. "Ke bodohan pemimpin Anda telah memaksa warga israel ke dalam tempat penampungan. Kami tidak akan berhenti menembakkan roket sampai tuntutan sah kami terpenuhi," demikian bunyi SMS itu.
Meski identitas pengirim SMS hingga kini belum diketahui, jelas mereka memiliki kemampuan tinggi untuk menembus keamanan berlapis dan masuk ke dalam jaringan ponsel Israel. Pesan yang dikirim tidak melalui cara umum ber-SMS — menulis di keyboard ponsel dan menginput satu persatu nomor tujuan — melainkan sistem yang lebih canggih lagi.
Setidaknya,dibutuhkan database nomor telepon untuk mengirimkan pesan massal dengan teknologi area, di mana semua ponsel terhubung ke jaringan ponsel secara otomatis menerima pesan.
Peretasan ke dalam jaringan ini memang bukanlah pekerjaan yang sulit. Ada banyak situs web yang menyediakan pe tunjuk khusus tentang cara untuk memperoleh informasi frekuensi yang diperlukan untuk menyiarkan pesan di jaring an milik operator seluler tertentu. Maka tak heran jika banyak pihak mencemaskan kesahihan teknologi penangkal serangan maya yang dioperasikan Israel.
Bicara soal pelaku, telunjuk terarah ke Iran dan Cina, dengan catatan Cina mungkin bukan pelaku langsung. "Sangat mungkin bagi Iran untuk mendapatkan pelatihan atas teknologi peretasan, me ning katkan keterampilan mereka ke titik di mana mereka dapat berhasil menye rang pertahanan maya Israel," ulas media Israel, mengutip seorang sumber.
Pada faktanya, analisis itu bisa benar, bisa juga keliru. AnonGhost jelas bukan pe nye rang tunggal. Seperti halnya operasi Anonymous lainnya, serangan dilakukan secara gotong-royong oleh aktivis peretas ‘putih’ — mereka yang meretas bukan un tuk tujuan mengeruk uang atau ke untung an pribadi lainnya — lintas negara. Me rujuk pa da se rang an terhadap situs Israel sejak April lalu, peretas diidentifikasi berada di Ing gris, Spanyol, Malaysia, dan bahkan Indonesia.
Yang pasti, seperti diulas Wired, peretas yang menyasar situs-situs Israel tak berasal dari satu organisasi tunggal atau memiliki keahlian teknologi informasi yang sama. Mereka datang dari berbagai negara dengan beragam tingkat keterampilan peretasan, kata Tal Pavel, pakar keamanan maya Israel.
Pelaku serangan mulai dari hacker amatir’ ia mengistilahkan sebagai "script kiddies" yang menggunakan program pre-written, peretas terampil, hingga peretas profesional yang biasa melancarkan serangan. Jika peretas amatir berjuang menemukan lubang keamanan pada sistem komputer Israel, peretas profesional menarget sasaransasaran strategis. "Jika senjata nuklir adalah senjata pamungkas abad ke-20, maka peretas infrastruktur komputer adalah setara senjata nuklir untuk abad ke-21," kata Pavel.
Dalam beberapa hal, katanya, ancam an peretasan bahkan lebih buruk dari ancaman nuklir. "Hanya pemerintah yang mampu untuk membeli dan menggunakan senjata nuklir, sehingga Anda tahu siapa yang menyerang Anda dan bagaimana menangani mereka. Tapi dalam serangan cyber, siapa pun dapat mengembangkan atau membeli sendiri super-virus mereka dan melakukan serangan cyber yang bisa menghentikan operasi sebuah negara selama berhari-hari," katanya.