Oleh: Agung P Vazza -- Indonesia tak diragukan lagi me megang peran penting dalam perekonomian dunia. Bukan hanya lantaran pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, tapi juga perannya dalam ikut menentukan arah perkembangan perekonomian dunia. Presiden Susilo Bambang Yudho yono, saat menyampaikan pidato kenegaraan dan nota keuangan, Agustus 2014, di hadapan DPR, menegaskan Indonesia menjadi salah satu pemain inti ekonomi internasional sejak menjadi anggota G-20.
"Indonesia telah menjadi anggota G- 20. Ini menandakan posisi Indonesia da lam peta ekonomi dunia sudah jauh ber ubah," kata Presiden. Group of Twenty (G-20) selama ini memang dikenal sebagai forum bagi pemerintahan negara-negara utama dunia. Secara ekonomi, negara anggota G-20 mencakup 85 persen Produk Dunia Bruto, 80 persen perdagangan du nia, dan dua per tiga populasi dunia. De ngan cakupan tersebut, menjadi anggota G-20 jelas merupakan peluang bagi Indonesia meningkatkan perannya dalam perekonomian dunia.
Forum G-20 sendiri kini menjadi forum utama untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional. Dalam forum itu, Indonesia berdiri sejajar dan duduk setara dengan negara-negara maju dan ekonomi besar lainnya. Indonesia tidak lagi melihat proses keputusan ekonomi dunia dari luar atau di pinggiran. Indonesia ikut membuat keputusan ekonomi dunia tersebut dari dalam sebagai anggota G-20. "Pendek kata, Indonesia telah menjadi salah satu pemain inti dalam ekonomi internasional. Kita tidak punya alasan menjadi bangsa yang rendah diri, yang gemar menyalahkan dunia atas segala permasalahan yang terjadi. Kita harus meyakini Indonesia di abad ke-21 adalah bagian dari solusi dunia," katanya.
Presiden menyebutkan selama satu dekade terakhir, Indonesia mencatat bersama beberapa perkembangan positif dalam pembangunan Indonesia. Selain menjadi anggota G-20 dan situasi utang yang lebih baik, Indonesia juga dapat menjaga stabilitas dan kondisi makro ekonomi yang relatif baik. Ditegaskan juga Indonesia juga terus mencetak pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Pada periode tahun 2009-2013, secara rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,9 persen. "Ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada kurun wak tu yang sama," ungkap Presiden.
Berbarengan dengan itu, volume per dagangan Indonesia dalam sepuluh ta hun terakhir mencapai sekitar 400 miliar dolar AS, tertinggi dalam sejarah. Nilai investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri dalam sepuluh tahun terakhir mencapai Rp2.296,6 triliun, juga tertinggi dalam sejarah. Menilik angka-angka ter sebut, plus posisi Indonesia sebagai pe main inti perekonomian dunia, maka bukan mustahil Indonesia mampu pula bersaing di ajang perdagangan bebas. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, hanya salah satu dari begitu banyak kesepakatan perdagangan bebas yang bakal dihadapi Indonesia.
Pernyataan Presiden itu cukup men cerminkan kemampuan dan kesiapan In donesia menghadapi terpaan angin perdagangan bebas. Namun sebagai pemain inti perekonomian dunia, Presiden juga meng ingatkan agar tidak berpuas diri dan ta kabur melihat semua itu karena tantangan dan permasalahan yang dihadapi masih banyak. Dan terkait perdagangan bebas, dalam kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pasar bebas ASEAN yang akan dimulai pada 2015 dapat diibaratkan seperti hujan. Selain memberikan keuntungan juga akan membawa dampak negatif jika tidak bisa mengedalikannya.
Meminimalkan dampak negatif pasar itulah yang menjadi tantangan ke depan. "Biasanya kalau hujan orang pasti akan menutup pintu, namun di balik hujan tersebut pasti membawa kesuburan. Untuk pasar bebas saya yakin akan memberikan dampak positif untuk Indonesia," kata Lutfi dikutip Antara.
Lebih lanjut, Lutfi menjelaskan salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi pasar bebas adalah dengan melakukan standardisasi di berbagai bidang usaha. "Tentu semua itu membutuhkam pro ses dan waktu, namun nantinya akan ada suatu ukuran untuk barang atau jasa yang masuk ke Indonesia begitu juga sebaliknya," ujarnya.
Langkah apapun yang diambil pemerintah, bagi Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) adalah gerak cepat menguasai pasar luar negeri yang menjadi kunci kesuksesan dalam persaingan di era MEA 2015. Tentunya, tambah Jokowi, gerak cepat itu perlu didukung dengan produk nasional berkualitas dan benar-benar mampu bersaing di pasar dunia.
"Menurut saya kita harus memilih pro duk yang punya kompetitif, yang pu nya kualitas, lalu diseleksi. Setelah ketemu produk berkualitas, ketemu yang kompetitif, serang ke pasar sana dulu. Jangan kedahuluan, baru kita akan memenangkan. Kalau tidak, nanti kita bingung," kata Jokowi.
Menyongsong MEA, Jokowi menga takan bukan hanya generasi muda yang harus siap tetapi semua lapisan masya rakat. Jika itu dilakukan maka Indonesia bisa sukses menghadapi MEA. "Tapi saya yakin, hanya dalam jangka menengah kita memiliki manusia yang punya etos kerja, manusia yang punya produktivitas, daya saing sehingga manusianya juga produktif dan produknya kompetitif," katanya.
Sebagai pemain inti perekonomian dunia seperti disebut Presiden Susilo Bam bang Yudhoyono, Indonesia perlu me mainkan pengaruhnya dalam menentukan arah perekonomian dunia, termasuk dalam pembicaraan dan perundingan terkait kesepakatan perdagangan bebas. Bersamaan dengan itu, upaya di dalam negeri untuk mengendalikan terpaan angin pasar bebas seperti standardisasi produk terus dilakukan.
Harapannya, Indonesia memiliki pro duk domestik berkualitas dan berdaya saing sehingga mampu melakukan gerak cepat menguasai pasar dunia, tanpa khawatir kecolongan. Saat itulah, kita bisa berharap, Indonesia tidak ha nya menjadi pemain inti di atas kertas.