Senin 28 Dec 2015 19:35 WIB

Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motor: Berilah Kail, Jangan Beri Ikan!

Red: operator

Oleh Rakhmat Hadi Sucipto

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seperti perusahaan lainnya, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) pun mempunyai program corporate social responsibility (CSR). Ten tu program CSR ini harus sesuai de ngan visi dan misi perusahaan induk.

Sebagai sebuah perusahaan dalam nuangan Astra International, kami juga mempunyai prinsip untuk menjadi tidak hanya berbisnis mencari untung, tetapi juga ingin menyumbangkan keberadaan kami bagi kepentingan masyarakat Indonesia. Kami mempunyai CSR dengan konsep empat pilar. Pola berpikirnya seperti ini.

Untuk mengentaskan kemiskinan, nomor satu menurut kami, adalah meningkatkan pendidikan. Kalau kita mau masyarakat kita, anak kita, menjadi lebih makmur, kita harus meningkatkan pendidikan. Karena itu, pilar yang pertama adalah 'Pintar Bersama Daihatsu'. Kalau mau pintar, mau belajar, kita harus sehat. Kalau tidak sehat, bagaimana kita bisa belajar? Pilar kedua adalah pilar kesehatan dengan konsep Sehat Bersama Daihatsu.

Kalau lingkungan itu bersih, hijau, pasti mendukung kesehatan. Jadi, pilar yang ketiga adalah pilar yang mendukung kesehatan, pilar lingkungan, Hijau Bersama Daihatsu. Kami percaya kalau pendidikan, kesehatan, atau lingkungan sudah diperbaiki, masyarakat Indonesia pasti lebih makmur. Jadi, pilar yang keempat adalah Sejahtera Bersama Daihatsu. Itu konsepnya.

Kalau begitu apa yang bisa kita lakukan untuk mencerdaskan ma sya rakat Indonesia? Karena kami Dai hatsu berlatar belakang di bidang otomotif, kami berkonsentrasi di otomotif. Konsentrasi kami adalah SMK yang jurusannya adalah otomotif. Ja di, kami membuat suatu kurikulum, namanya "Kurikulum Daihatsu".

Semua SMK yang bekerja sama menjadi SMK binaan Daihatsu, akan me makai kurikulum Daihatsu ini se hingga anak didiknya, begitu lulus dari SMK bisa menjadi mekanik 1, lang sung tanpa rekrutmen. Karena ber dasarkan survei, SMK-SMK de ngan kurikulum standar, tidak siap pakai di industri. Kalau kami menerima mereka, paling tidak, mereka sa tu tahun harus dididik agar bisa men jadi mekanik. SMK-SMK otomotif yang tidak menerapkan kurikulum tersebut, para lulusannya masih mekanik magang.

Dengan memakai kurikulum yang sudah disesuaikan dengan in dus tri, maka SMK binaan Daihatsu ini akan menghasilkan tenaga siap pa kai. Tapi, tak hanya di bidang otomotif. Kami juga melihat ternyata banyak sekali yang namanya soft skill masyarakat Indonesia itu lemah. Kita bisa lihat orang membuang sampah sembarangan, datang terlambat, itu semua merupakan men tal negatif. Jadi, pembinaan yang lain di luar otomotif, kami melakukan yang namanya soft skill improvement.

Kami melakukan edukasi, trai ning, bagaimana bisa menjadi tenaga siap pakai di industri. Bukan di Dai hat su langsung, tetapi di Indo nesia pada umumnya agar bermental positif dengan melakukan hal-hal secara berdisiplin dan menghindari hal-hal negatif. Kami memberikan leadership training, tidak hanya bagi murid tetapi juga para gurunya. Jadi, fokus kami pada dunia pendidikan seperti itu. Kami membuat "Kurikulum Daihatsu".

Kurikulum ini bisa berjalan de ngan baik karena bekerja sama dengan dinas pendidikan dari sejumlah provinsi. ADM menyusun kurikulum untuk membekali guru dan siswa dengan keterampilan dasar serta budaya industri.

Kurikulum ini sesuai standar pab rik yang diterapkan PT Astra In ternational Tbk. Tujuannya supaya lulusan sekolah itu bisa langsung kerja menjadi mekanik di perusahaan tersebut.

Persyaratan menggunakan kuri kulum ini tidak sulit. Pihak sekolah cukup menghubungi ADM, lalu akan disurvei. Setelah kami survei, akan disarankan melakukan berbagai perbaikan infrastruktur di sekolah itu. Kalau memenuhi syarat, lalu gurunya di-training.

Jika sekolah tersebut disetujui menggunakan kurikulum industri, semua transfer ilmu tentang perakitan mobil mulai dari rangka hingga mesin akan diberikan. Pihak Daihatsu bahkan biasanya menyerahkan satu set mesin mobil untuk dijadikan bahan praktikum. Kami tinggal mengakomodasi, apakah semua SMK di Indonesia mau menggunakan itu?

Tidak seratus persen siswa di SMK yang bekerja sama dengan Dai hat su dipekerjakan sebagai me kanik. Mereka yang dipilih adalah lulusan ter baik dan memiliki perilaku yang baik.

Jadi, intinya program CSR ini sebagai upaya meningkatkan kualitas para siswa SMK agar mampu memenuhi syarat bekerja di Daihatsu yang selama ini masih kesulitan menemukan calon-calon karyawan berkualitas. Kurikulum ini mampu membekali guru dan siswa dengan keterampilan dasar dan budaya in dustri sehingga lulusan SMK otomotif memiliki daya saing tinggi, teram pil, dan siap bekerja di dunia industri.

Selain mempersiapkan hard skill, program ini juga mendidik soft skill para siswa. Membangun soft skill itu tidak mudah. Ini terkait dengan budaya industri, yakni pemahaman kualitas produk nomor satu, berpenampilan sopan, tepat waktu, kemampuan berkomunikasi, dan ketekunan.

Ada beberapa level keahlian yang diberikan pada anak-anak SMK otomotif. Di SMK-SMK binaan, siswa kelas I SMK harus menguasai servis 10 ribu kilometer, siswa kelas II ha rus menguasai servis 20 ribu kilometer, dan siswa kelas III harus menguasai servis 40 ribu kilometer. Jadi, keterlibatan kami di bidang pendidikan terutama demi meningkat kan kualitas anak-anak didik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement