Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Lembaga Internasional Pun Optimistis

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Lembaga Internasional Pun Optimistis

OLEH RAKHMAT HADI SUCIPTO 

Banyak analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 5,0 persen.

Mungkinkah tahun ini lebih baik ketimbang 2015 lalu? Melihat beberapa analisis, baik dari ekonom secara per - sonal, lembaga riset domestik, maupun lembaga keuangan internasional, Indonesia diperkirakan akan melewati 2016 dengan lebih mulus daripada 2015 lalu.

Bank Indonesia sangat yakin pertumbuhan ekonomi nasional 2016 di atas 5,0 persen. BI mematok perkiraan terendah pada angka 5,2 persen, sedangkan level tertinggi sebesar 5,6 persen. Secara perseorangan, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli berani dengan angka estimasi sebesar 6,0 persen.

Center of Reform on Economics (CORE)

Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,4 persen pada 2016. Angka terendah yang bisa dicapai diperkirakan pada level 5,2 persen, sama dengan perkiraan Bank Indonesia.

Lembaga riset ekonomi PT Citigroup Securities juga menyebut perekonomian Indonesia pada 2016 akan jauh lebih baik daripada 2015 lalu. Alasannya, serapan anggaran sudah terjadi sejak awal tahun, tidak seperti tahun sebelumnya karena masih terjadi transisi dalam pemerintahan dan konsolidasi kabinet. 

Menurut Kepala Riset Citigroup Securities Ferry Wong, tahun lalu penyerapan ang garan pemerintah lebih lambat, di antaranya karena terdampak dua nomenklatur baru, yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang.Ferry yakin pemerin tah akan mengoptimalkan serapan anggaran pada semester pertama 2016 dan ketika me masuki semester kedua, konsumsi ma - syarakat diperkirakan tetap menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi.

Beberapa proyek Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu pembangunan jalan tol trans- Sumatra dan sejumlah bandara di Tanah Air, bahkan bisa menjadi pendorong pertum- buhan ekonomi pada semester pertama 2016.

Dampak paket kebijakan ekonomi, menurut Ferry, juga akan mulai terasa dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi. 

Dalam laporan \"Economy and Region Specific Forecasts and Data\", Bank Dunia berani mematok estimasi pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia (RI) lebih tinggi lagi, sebesar 5,5 persen. Angka ini sama persis dengan target dalam APBN 2016 sebelum direvisi dalam rapat bersama dengan DPR sehingga turun menjadi 5,3 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan, proyek- si ekonomi Indonesia pada tahun depan minimal akan menyentuh 5,3 persen. Angka ini bisa tercapai karena paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mulai terasa atau menunjukkan dampak positif di masyarakat pada tahun ini. Sejak awal, dia menilai dampak paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia tidak bisa dirasakan pada jangka pendek. Karena berefek sig- nifikan pada 2016, tentu akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Apalagi, belanja infrastruktur pemerintah pada 2016 juga lebih besar ketimbang 2015 lalu. Peran swasta dalam proyek ini pun turut memacu pertumbuhan. Diop memperkirakan belanja pemerintah akan tumbuh 3,2 persen pa da 2016, lebih tinggi dari perkiraan 2015 sebesar 2,1 persen. Belanja modal tahun ini juga akan tumbuh pada level 5,0 persen, lebih tinggi dari perkiraan 2015 yang hanya 3,7 persen.

\"Bila diimplementasikan secara efektif, paket kebijakan dapat membantu pengurangan kendala bagi dunia usaha dan mendorong investasi swasta,\" jelas Diop. Dalam jangka panjang, naiknya investasi tetap sangat penting untuk menopang kembalinya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi dan meningkatkan lapangan kerja.

CORE juga memiliki pandangan yang sama dengan Bank Dunia, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa di atas 5,0 persen dengan pendorong utama dari belanja pemerintah yang diperkirakan akan lebih ekspansif. Belanja neto, yakni total belanja dikurangi pembayaran bunga utang dan subsidi dalam APBN 2016, diperkirakan bisa positif Rp 112 triliun.

Menurut Direktur Riset CORE Moham - mad Faisal, tahun 2015 kemampuan ekspansi APBN meningkat setelah subsidi bahan bakar minyak (BBM) dikurangi pada November 2014, kemudian diikuti dengan rencana pen- cabutan subsidi listrik kelas 450 VA dan 900 VA. Karena itulah, ada cukup ruang bagi APBN untuk menggerakkan ekonomi menjadi lebih longgar.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini mengungkapkan, ada tiga instrumen penting yang harus diperhatikan pemerintah bila ingin mencapai target pertumbuhan optimal. Ketiganya meliputi kebijakan fiskal, moneter, dan kebijakan di sektor riil. Ketiga instrumen ini harus disinergikan ka rena kekuatan Indonesia untuk menahan perlambatan ekonomi dan menangkal dampak negatif dari pengaruh global hanya dapat dilakukan dengan menggerakkan kekuatan domestik.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga yakin prospek ekonomi Indonesia 2016 lebih cerah ketimbang tahun sebelumnya. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI bisa di atas 5,0 persen pada 2016 ini, sementara pada 2015 hanya mentok pada level 4,7 persen.

 
Pemimpin Tim IMF untuk Indonesia, Luis E Breuer, mengungkapkan, outlookperekonomian Indonesia masih solid. Ini terjadi karena pemerintah telah memperkuat kerangka kebijakan sejak beberapa tahun lalu melalui kebijakan fiskal yang berkelanjutan dan moneter bias ketat, diperkuat dengan reformasi kebi- jakan subsidi pada APBN-P 2015 juga dianggap memperkuat langkah-langkah tersebut. 

Menurut Breuer, pemerintah RI menciptakan kebijakan yang bersifat hati-hati sehingga mampu menciptakan stabilitas makroekonomi dan menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Tahun 2016 pemerintah sudah memitigasi risiko ekonomi global seiring dengan jatuhnya harga komoditas, pergeseran keuangan global, serta perlambatan ekonomi negara mitra dagang.

Karena itu, Indonesia bisa menciptakan ekonomi yang lebih baik pada 2016 ini.

Secara keseluruhan kinerja makroekonomi pa da 2015 memuaskan. Pertumbuhan ekono mi 2015 bisa dibilang stabil meski mengalami se dikit penurunan dan kemungkinan hanya mencapai angka 4,7 persen. Dengan kinerja 2015 tersebut dan rencana yang sudah disiapkan pemerintah, IMF memperkirakan Indo ne sia akan mengalami pertumbuhan moderat pada angka 5,0 persen, bahkan bisa lebih dari itu. 

Kegiatan investasi dinilai menjadi memimpin pemulihan ekonomi, khususnya dari belanja sektor publik. Harga komoditas ekspor diperkirakan akan mengalami perbaikan dan bisa berkontribusi pada pertumbuhan.

Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia/ADB) juga mempunyai keyakinan yang sama dengan IMF maupun Bank Dunia. ADB memproyeksi RI bisa mencapai target pertumbuhan sebesar 5,3 persen, sementa - ra pertumbuhan ekonomi 2015 kemungkin an besar maksimal hanya menembus 4,8 persen.

 

ADB menyebutkan, ekonomi RI pada 2015 melambat karena penyerapan anggaran tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, kinerja ekspor Indonesia juga masih suram.

Tapi, ADB menyatakan RI hanya mengalami perlambatan ekonomi yang lunak.

Ekonomi 2016 bisa lebih baik karena su - dah didukung ekspansi sektor investasi, terutama ditopang dengan percepatan proyek infrastruktur, konsumsi rumah tangga yang kuat, serta kontribusi ekspor yang positif. ADB pun yakin pada 2016 ini kondisinya akan lebih baik dan pertumbuhan ekonomi In do nesia diproyeksikan bisa mencapai 5,3 per sen meskipun sedikit mengalami revisi karena pemulihan sektor ekspor masih tertunda.

Dibandingkan negara lain, Indonesia memang pantas bersyukur karena tak mengalami penurunan pertumbuhan yang drastis. Pertumbuhan ekonomi Malaysia lebih melambat ketimbang Indonesia. Bank Dunia memperkirakan pada 2015, ekonomi Malaysia hanya tumbuh 4,7 persen atau turun dari 2014 sebesar 6,0 persen.

Pertumbuhan ekonomi Thailand pada 2015 juga lebih kecil ketimbang Indonesia, hanya menembus 3,5 persen. Namun, ekonomi Thailand 2015 mencatat lonjakan pertumbuhan sangat tinggi dari 2014 yang hanya 0,9 persen. 

Di kawasan ASEAN, Bank Dunia mem- prediksi pertumbuhan ekonomi Filipina masih lebih baik daripada Indonesia, bisa menyentuh angka 6,5 persen, atau tumbuh dari 2014 sebesar 6,1 persen. Vietnam yang mulai mengancam sesama negara ASEAN lainnya pada 2015 diprediksi mencatat per- tumbuhan yang sama dari tahun sebelumnya, sebesar 6,0 persen. 

Berdasarkan riset dan analisis Organization for Economic Cooperation and Development (Or ganisasi Kerja Sama dan Pembangunan Eko nomi/OECD), Malaysia diperkirakan hanya akan mencatat pertumbuhan 4,6 persen pa da 2015, sementara Indonesia lebih baik lagi, sebesar 4,7 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan diperkirakan akan mencapai 5,2 persen pada 2016, sementara Malaysia stagnan pada level 4,6 persen, Filipina 6,0 per sen, Thailand 3,1 persen, dan Vietnam 5,9 persen.

Berdasarkan analisis OECD, pertum- buhan ekonomi Indonesia pada 2015 dan 2016 bakal di atas rata-rata 10 negara ASEAN yang diperkirakan mencapai 4,6 persen dan 4,9 persen. Artinya, kinerja ekonomi Indonesia akan memuaskan pada tahun ini.

Bila pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan mampu bekerja sama dan bisa menciptakan iklim yang kondusif, tak mustahil target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen bisa tercapai. Tidak mustahil pula angkanya bisa lebih dari itu, apalagi bila kondisi politik domestik jauh lebih tenteram dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement