Jumat 03 Oct 2014 16:00 WIB

Penetrasi Smartphone Melonjak

Red:

Telepon seluler pintar (smartphone) semakin merajai pasar ponsel di Tanah Air. Pertumbuhan penertarasi yang sangat pesat ini tidak lepas dari beragamnya smartphone dengan kekayaan fitur serta makin terjangkaunya harga yang ditawarkan.

Berdasarkan riset Smartphone Preference and Spending In Asia' yang dilakukan oleh  Jana dan dirilis tahun 2013, di Indonesia harga menjadi salah satu faktor  penting yang memengaruhi keputusan untuk membeli ponsel pintar.

Sebelumnya, platform teknologi mobile untuk pasar negara berkembang itu melakukan survei pada 2.500 orang di Banglades, India, Indonesia, Filipina, dan Vietnam.  Hasilnya,  sebanyak 66 persen responden hanya mau membeli ponsel yang harganya murah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Antara

Survei ini memperlihatkan bahwa  sebanyak 15 persen responden mau membeli ponsel yang harganya tidak lebih dari Rp 600 ribu. Sementara sebanyak 26 persen responden mau membeli jika harga yang ditawarkan  antara Rp 600 ribu-Rp 1,2 juta. Sedangkan 25 persen bersedia membeli ponsel jika  harganya  berkisar Rp 1,2 juta-Rp 2,4 juta per unit.

Secara umum, berdasarkan data tahun 2013, jumlah penggunaan ponsel di Tanah Air sebanyak 270 juta unit. Angka itu meningkat pada 2014,  menjadi  sekitar 282 juta unit.

Di antara pengguna ponsel tersebut, sebanyak 61 juta adalah pemakai smartphone. Bahkan, pada 2013, Indonesia merupakan pasar smartphone terbesar di Asia Tenggara.

Dari segi pasar sendiri, lembaga riset International Data Corporation (IDC) memproyeksikan tahun ini akan ada 63,4 juta unit ponsel masuk ke Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 26 persen atau 16,5 juta adalah jenis smartphone.

Meningkatnya penggunaan ponsel pintar tersebut tidak lepas dari  fasilitas fitur yang tersedia. Fungsinya, bukan hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga kamera, penyimpan data, dan media sosial, serta  internet. Dengan begitu sebenarnya fungsi personal computer  (PC) desktop praktis sudah diambil alih oleh smartphone.

Kekayaan fungsi ponsel pintar tersebut telah menggerus penggunaan PC. Pakar teknologi informatika Ruby Alamsyah mengatakan, sejak 2013, tren penggunaan PC desktop baik global maupun lokal semakin menurun. Hal itu diakibatkan perkembangan mobile phone yang lebih pesat.

Di sisi lain, secara demografis sendiri Indonesia mengalami peningkatan jumlah usia produktif. Didukung pula  dengan  jumlah kelas menengah yang memiliki gaya hidup tinggi dan kemampuan daya beli yang baik.

Fakta tersebut  ditambah dengan kenyataan bahwa pasar smartphone kini semakin mengakomodasi lapisan masyarakat yang lebih luas. Menurut Ruby, dengan harga terjangkau, saat ini masyarakat sudah bisa mendapatkan smartphone dengan fitur lengkap.

Hal itu berbanding terbalik dengan harga PC desktop. "Harganya sendiri sudah lebih mahal, belum butuh listrik berkapasitas tinggi, masyarakat ekonomi rendah jelas sulit," tambahnya.

Ia melihat, selain harga, smartphone  dinilai  lebih fleksibel. Hadirnya berbagai merek smartphone memudahkan akses internet hanya melalui perangkat mobile. Hal itu kemudian dihubungkan dengan aktivitas mayoritas pengguna yang mobile. Di Indonesia, mayoritas masyarakat menggunakan smartphone untuk bisa mengakses internet di mana dan kapan pun.

Bahkan, kini smartphone sudah bisa mendukung banyak aktivitas pekerjaan sehari-hari. Berbagai aplikasi bisa didapat,  mulai dari pengeditan dokumen, aplikasi perkantoran, design atau programing dalam batas tingkat tertentu.

Pada akhirnya, kata dia,  PC desktop lebih dipergunakan bagi para pekerja profesional yang membutuhkan program tingkat tinggi. "Indonesia mostly lebih banyak untuk perkantoran," ujar Ruby.

Ikuti tren

Product Manager Advan, Ulez Hulaessuddin, melihat, penetrasi smartphone di Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya. Sebagai teknologi berbasis komputer, pihaknya telah memproduksi mulai dari PC, notebook, tablet, hingga samrtphone. Advan dengan produk smartphonenya  berusaha membidik masyarakat luas.

Menurutnya,  saat ini konsumen tidak lagi dibutakan iklan dan merek. Mereka terus membandingkan antarproduk dan merek ponsel satu sama lain. Dengan spesifikasi yang sama dengan produk branded, ia mengklaim produknya ditawarkan dengan harga yang lebih kompetitif.

Advan, Ulez, melanjutkan, berani mewujudkan ponsel berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Pasalnya saat ini, fanatisme terhadap merek mulai menurun. Konsumen cenderung melihat spesifikasi dengan pertimbangan rasional dan fungsional. Ditambah lagi, kondisi masyarakat yang tetap ingin mengikuti teknologi terbaru.

"Kita selalu berikan produk yang over value, kualitas kita jaga lebih tinggi dari yang dibayarkan konsumen," kata dia menjanjikan. rep:c69 ed:khoirul azwar

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement