Selasa 10 Jun 2014 14:00 WIB

Ragam Seni Lakon Petani

Red:

Petani dan alam perdesaan adalah jati diri dan wajah Indonesia. Dari gerak laku petani di alam desa, lahirlah nilai-nilai dan ekspresi budaya yang kita warisi hari ini. Hanya, pergeseran tatanan sosial membuat bangsa ini gagap, sehingga semakin kehilangan identitas.

Dalam posisi tersebut, sebagian kecil orang kini tengah bekerja keras merawat, bahkan menggali kembali kultur petani yang telah atau nyaris hilang dari tengah masyarakat.

Mengangkat tema “Daulat Para Jagoan”, lembaga Bentara Budaya Jakarta (BBJ) menampilkan empat ragam seni tentang petani, awal Juni ini. Keempat bentuk kesenian tersebut, yakni drama tari, lukisan, lukisan kaca, dan wayang ‘hama’, mengeksplorasi nilai dan budaya petani, dipersembahkan pekarya yang merupakan maestro di bidangnya masing-masing.

Bukan sekadar mempertontonkan seni, hajat tersebut secara khusus mengangkat kisah petani dalam memperjuangkan kemandirian atas pupuk, obat, dan benih. Beberapa orang petani yang giat dalam Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, didaulat untuk berbagi kisah. Melengkapi cerita para petani tersebut, dipamerkan juga sejumlah instalasi berbagai perlengkapan aktivitas mereka sehari-hari.  

Bertempat di kompleks BBJ, kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, Jumat (6/6), rangkaian kegiatan yang berlangsung hingga 14 Juni tersebut dibuka dengan suasana meriah dan artistik. Drama tari dengan lakon “Lesungku” dipentaskan Sanggar Tari Mulya Bhakti, Indramayu, asuhan koreografer dan dalang perempuan Wangi Indriya.

Drama tari tersebut digali Indriya dari tari tradisi Grombyangan yang kini sudah hampir hilang, bahkan di daerah asalnya Indramayu. Berkisah tentang suasana desa ketika gerhana bulan, “Lesungku” dimainkan sekitar 20 penari, perempuan dan laki-laki. Kaum pria tampil mengenakan baju pangsi hitam-hitam dan berikat kepala, sementara para wanita berbusana kebaya dengan kain melilit pinggang.

Diiringi ketukan lesung dan tetabuhan alat-alat musik bambu dan tembang berbahasa Jawa Indramayu, empat orang remaja putri bercaping melenggak-lenggok di atas panggung. Dalam beberapa bagian, tetabuhan lesap digantikan alunan seruling, memberikan suasana alam perdesaan.

Dikisahkan, kegelapan datang dengan tiba-tiba. Bunyi kentongan bertalu-talu, diikuti masuknya sejumlah pria ke atas panggung. Telah terjadi gerhana, bulan dimakan Betara Kala. Begitu pergunjingan yang terjadi di antara mereka. Salah seorang dari mereka lalu tersadar bahwa istrinya tengah mengandung. Tergesa, dia pulang menuju rumahnya.

Setiba di rumah, sang istri langsung disuruh masuk ke bawah peraduan, sementara si lelaki menaburkan abu di atas tempat tidur. Begitulah sang koregrafer mengangkat sepenggal kepercayaan lokal ke atas panggung.

Didukung tata panggung yang artistik, dikelilingi tanaman padi menguning serta orang-orangan sawah, penonton diajak merasakan suasana kehidupan leluhur pada masa lampau.

Sementara itu, kesenian lain disuguhkan untuk publik di ruang pameran. Ada koleksi lukisan-lukisan kaca karya maestro seni lukis kaca asal Cirebon, Rastika. Sejalan dengan tema besar acara, sejumlah karya itu mengangkat tema petani yang diramu dengan kisah dan visualisasi dunia pewayangan.

Karya berjudul “Bima Meluku” (cat minyak pada kaca) menggambarkan kesatria Bima tengah membajak sawah bersama dua ekor kerbau berwarna merah muda dengan latar belakang gunung biru dan mentari yang mengintip dari balik awan. Lukisan-lukisan seniman sepuh tersebut sangat anggun dengan warna-warna, termasuk gradasi yang memanjakan mata.  

Dua jenis karya lainnya, puluhan lukisan karya perupa Yogyakarta Herjaka HS serta wayang ‘hama’ karya perupa Magelang Sujono juga tidak kalah menariknya. Karya-karya Herjaka mengangkat tokoh Dewi Sri, sang dewi pelindung tanaman dalam bentuk karakter wayang. Sementara itu, wayang ‘hama’ karya Sudjono merupakan eksperimen atas rupa-rupa hama, semisal kinjeng, kepik, dan gasir yang diangkat dalam bentuk wayang.  rep:c54 ed: dewi mardiani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement