Rabu 11 Jun 2014 15:30 WIB

Museum Bukan Sekadar Bangunan tanpa Makna

Red:

Puluhan museum tersebar di sejumlah titik DKI Jakarta. Tercatat lebih dari 50 museum berdiri di atas tanah Ibu Kota.

Kepala Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Ida Subaeda menuturkan, pengelolaan puluhan museum di DKI berbeda-beda. "Ada yang di bawah pemda, kementerian, ada juga yang di bawah yayasan. Selain itu, juga ada yang sifatnya perorangan," kata dia saat berbincang dengan Republika di kantornya, Senin (9/6).

Sayangnya, museum bukan menjadi tujuan wisata utama masyarakat. Atas dasar itu, Ida menyatakan, pihaknya selalu mencoba membangun kesadaran kepada masyarakat jika museum sangat penting agar anak-anak lebih menghargai sejarah.

"Melakukan promosi bahwa museum itu merupakan destinasi yang sifatnya edukasi. Bahwa perlu disadari oleh kita semua, museum merupakan tempat satu-satunya sebagai media pendokumentasian sejarah peradaban umat manusia," ucap Ida.

Ida menjelaskan, di seluruh negara di dunia, museum menjadi bangunan yang sangat berarti. Karena itu, menurut dia, masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta, harus sadar museum menyimpan kekayaan informasi, bukan sekadar bangunan yang menyimpan benda-benda kuno.

Sebagai pusatnya koleksi benda sejarah maupun kesenian, menjadikan kita sadar akan pentingnya mempelajari masa lalu untuk menatap masa depan. Guna membangun kesadaran masyarakat, Ida mengatakan ada tiga pilar yang harus disinergikan dalam membangun museum.

"Pertama, harus dari pengelola museum itu sendiri. Dari pengelola harus mampu menciptakan tata pamernya, teknologinya, informasinya yang bisa menarik bagi pengunjung," ucap Ida.

Kedua, dari entitas terkecil, yaitu keluarga. Menurut dia, kalau orang tuanya punya pemahaman yang baik, mereka akan mengajak putra-putrinya pergi ke museum. "Tidak hanya ke mal atau sekadar jalan-jalan yang mungkin secara edukasi tidak ada manfaatnya," kata dia.

Lalu, dari sekolah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI menginginkan ada muatan lokal yang memang memasukkan museum menjadi salah satu pembelajaran. "Karena itu, kita punya program museum goes to school. Melakukan sosialisasi kepada siswa-siswa SD di lima wilayah kota dengan paket 500 siswa," ujar dia.

Pilar ketiga adalah pemerintah. Pemerintah harus memfasilitasi guna mengembangkan museum sebagai destinasi pariwisata melalui promosi. Selanjutnya, upaya peningkatan akses penataan lingkungan yang semuanya kondusif sebagai destinasi wisata. "Terutama, dalam hal anggaran, pemerintah harus mampu menyokong kebutuhan dana agar museum dapat berbenah agar tidak lagi dianggap sebagai tempat yang kuno. Pembangunan museum haruslah ditata secara modern," kata Ida.

Ida berpendapat, masyarakat kelas menengah ke atas memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk mengunjungi museum. Semua itu dipengaruhi tingkat pendidikan dan ekonomi.

"Kesadaran akan pentingnya museum justru dari masyarakat terdidik. Artinya, masyarakat yang punya pendidikan yang bagus, mereka akan punya pemahaman bahwa perlu mereka untuk mengenal museum. Tapi kan kalangan kita sangat segmented. Jadi, mungkin kalau kalangan bawah masih disibukkan dengan urusan ekonomi mereka. Sehingga, tidak ada panduan orang tua terhadap anak-anaknya."

rep:c80 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement