Tradisi palang pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin pria yang disebut Tuan Raja Mude hendak memasuki rumah pengantin wanita atau Tuan Putri. Nah, saat hendak masuk kediaman pengantin putri itulah, pihak pengantin wanita akan mengadang.
Awalnya, terjadi dialog yang sopan. Masing-masing saling bertukar salam, masing-masing saling mendoakan. Sampai akhirnya pelan-pelan situasi memanas lantaran pihak pengantin perempun ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji.
"Palang pintu itu penghanti. Jadi, dari kedua belah pihak mempelai memiliki jawara. Salah satu jawara pengantin pria harus melawan dan mengalahkan jawara pengantin wanita untuk membuka palang pintu itu. Seandainya palang pintu wanita itu kalah, dia boleh masuk. Kalau istilahnya belum, berarti dia enggak bisa masuk," kata Rohmat (45), salah seorang penggiat acara palang pintu ini.
Pria yang juga penggiat tradisi palang pintu ini mengatakan bahwa atraksi itu untuk mempererat tali persaudaraan antara keluarga mempelai pria maupun wanita. Selain itu, juga sebagai ujian bagi sang lelaki untuk membuktikan kehebatannya kepada mempelai wanita bahwa dia pantas meminang sang wanita.
"Untuk menjalin tali silaturahim satu sama lain. Besan kita ini supaya mempelai wanita dijaga dengan baik. Jadi, istilahnya sang lelaki ini benar-benar punya kemampuan yang tangguh. Itu maknanya," kata dia.
Dikatakannya, wanita Betawi itu tidak boleh sembarangan menerima pria untuk menjadi pasangan hidupnya. Wanita tersebut harus jeli dalam menentukan apakah pria tersebut pantas atau tidak, bagaimana asal-usulnya, pekerjaan, hingga ke keluarganya. "Jangan sampai istilahnya maen terime-terime aje. Enggak taunye tuh laki enggak bener.
Tradisi palang pintu merupakan gabungan dari kemampuan bertarung silat dipadukan dengan kepandaian memainkan kata-kata dalam berpantun. Tidak lupa, atraksi ini memperlihatkan kemampuan mengaji sang pria yang tidak boleh dikesampingkan oleh wanita tersebut. "Artinya, budaya ini kombinasi antara keahlian bela diri silat dan kepiawaian berpantun," tutup Rohmat.
Penyelenggara festival ini, Ridwan mengungkapkan, kendala gelaran festival pada 2014. Karena tahun ini ajang pemilu, sebagian besar panitianya pun terlibat dalam proses penyelenggaraan pemilu. Itulah sebabnya persiapan mereka dipadatkan dalam dua bulan, dari yang biasanya selama enam bulan. Hal itu berpengaruh pada ketidakhadiran gubernur DKI Jakarta pada perayaan kali ini. "Untuk festival palang pintu ini memang persiapannya agak singkat."
Dalam gelaran itu, Ridwan dengan tegas menolak bantuan dana dari partai politik. Dikatakannya, sebagian besar dana festival berasal dari swadaya masyarakat dan pemerintah daerah. Kekurangan dana disiasati dengan mengadakan bazar dan pesertanya dikenakan biaya.
"Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pengurus Forkabi, ada Sanggar Manggar Kelape, dan lainnya. Pemerintah dari Sudin Kebudayaan," kata dia. rep:c80 ed: dewi mardiani