Mencuci pakaian merupakan budaya tertua dalam sejarah peradaban manusia. Sejak zaman nenek moyang, sandang dikenal untuk menutupi tubuh dan aurat. Saat itu pula, membersihkan pakaian untuk menghilangkan noda dan bau menjadi kebiasaan.
Sebelum ada teknologi mesin pencuci dan pengering, manusia pada masa lalu menggunakan berbagai teknik dan perlengkapan sederhana dalam membersihkan pakaian. Hampir semua bangsa di dunia awalnya mencuci pakaian di sungai yang dilakukan oleh kaum wanita.
Arus air dimanfaatkan untuk membersihkan noda dan bau. Agar noda dan bau tersapu air lebih optimal, bebatuan dimanfaatkan untuk menggilas kain yang dicuci, lalu dijemur pada dahan dan ranting yang disinari matahari.
Proses mencuci di sungai telah berlangsung ribuan tahun, bahkan masih bisa dijumpai di negara berkembang. Sedangkan peradaban Eropa, selain memanfaatkan bantuan alam, pada abad ke-16 sudah mengenal sabun cuci. Lemak, abu, dan air seni merupakan beberapa bahan utama yang digunakan dalam pembuatan sabun saat itu.
Bagi masyarakat yang jauh dari sungai, proses mencuci dilakukan dengan merendamnya dalam bejana yang dipanaskan di atas tungku. Setelah diangkat, pakaian yang dicuci dipilin dan dipukul dengan tongkat kayu untuk membersihkan kotoran, kemudian dibilas air bersih.
Selain mencuci di sungai, sekitar abad ke-18 dan 19, di Eropa juga bermunculan rumah cuci bersama atau wash-house di sekitar permukiman warga. Pada prinsipnya, fasilitas yang dibangun pemerintah tersebut memiliki dua kolam, yakni tempat mencuci dan membilas pakaian. Air yang mengaliri kolam berasal dari sungai atau mata air. Di tempat ini, kaum wanita tidak perlu khawatir akan derasnya air sungai dan terhindar dari sinar matahari karena terpayungi atap.
Bersamaan dengan munculnya budaya mencuci bersama, hadir sejumlah teknologi awal alat pencuci yang dimiliki oleh keluarga mampu. Sejumlah model pertama mesin cuci tercatat atas nama penemu dari Jerman dan Inggris pada pertengahan abad ke-18, di antaranya Jacob Christian Schaffer (Jerman) tahun 1752 dan Henry Sidgier (Inggris) pada 1782.
Mesin tersebut terbuat dari tabung kayu dengan rangka besi, yakni tuas digerakkan oleh tangan untuk menguras rendaman cucian dalam tabung. Namun demikian, untuk noda yang membandel, mesin tersebut dinilai tidak lebih ampuh dibandingkan dengan mencuci dengan tangan.
Awal abad ke-20, tercatat nama peneliti yang mendaftarkan paten produk mereka. Pemberitaan berkembang yang menyebutkan Alva J Fisher sebagai penemu pertama mesin cuci terbantah setelah ditemukan data pemegang paten yang lebih awal, hingga akhirnya sampai sekarang isu penemu mesin cuci masih simpang siur dan dalam perdebatan.
Karya Fisher dan sejumlah penemu mesin cuci lain saat itu berupa tabung kayu dengan gerigi di dalam yang digerakan oleh motor listrik. Pada 1928, sebanyak 913 ribu unit mesin cuci tercatat terjual di AS. Pada 1932 jasa gerai cuci (Laundromat) dengan sistem koin dibuka di Fort Worth, Texas.
Baru selepas Perang Dunia II, pada akhir 1940 dan awal 1950 sejumlah pabrik AS meluncurkan dan bersaing memasarkan mesin otomatis dengan model buka-tutup di bagian atas. Pada 1947 perusahaan Bendix Dulux mengenalkan model buka-tutup di bagian depan. Sejak saat itu, mesin cuci, pengering, dan berbagai inovasi di bidang laundry terus berkembang hingga produk mutakhir saat ini. rep:c54 ed: dewi mardiani