Kebijakan penghapusan tiket Kopaja AC di shelter Transjakarta menyusul penerapan e-ticketing oleh Pemprov DKI.
BALAI KOTA -PT Transjakarta mulai Jumat (1/8) kemarin, tidak lagi menyediakan penjualan tiket untuk angkutan bus Kopaja AC, Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB), dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB). Tiket untuk ketiga bus tersebut tidak lagi disediakan di semua loket shelter bus Transjakarta.
Kebijakan itu membuat para penumpang Kopaja AC, APTB, dan BKTB yang masuk melalui jalur bus Transjakarta harus terlebih dahulu membayar tiket Transjakarta.
Foto:Prayogi/Republika
Pekerja memeprsiapkan armada kopaja AC S602 jurusan Ragunan-Monas yang masih terparkir di pool kopaja di Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa (4/6).
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Muhammad Akbar mengungkapkan kebijakan itu diterapkan dalam rangka penerapan e-ticketing(tiket elektronik) Trans jakarta di semua koridor secara bertahap. "Ya, mulai hari ini (Jumat kemarin), seperti kesepakatan lalu, PT Trans jakarta dengan operator, tidak dijual tiket di loket, tapi di dalam ang kutan tersebut," kata Akbar, Jumat (1/8).
Meski mengaku diprotes dari pengeola Kopaja terkait kebijakan tersebut, Akbar berkilah langkah tersebut harus tetap diambil guna mendorong penggunaan sistem e-ticketing di semua angkutan. "Mereka akan kami dorong menggunakan sistem yang sama, yakni sistem elektronik,"ujar Akbar.
Tapi, ia melanjutkan, "untuk sementara dengan seperti itu sebelum menemukan solusi yang tepat."Direktur Utama PT Transjakarta An tonius NS Kosasih sebelumnya mengatakan per 1 Agustus juga akan diberlakukan e-ticketing di be berapa koridor secara bertahap. Koridor I sebagai koridor pertama yang keseluruhan haltenya menggunakan sistem e-ticketing. Hal itu karena fasilitas yang ada di koridor tersebut dinilai paling siap.
Kosasih berkata, penghapusan tiket kertas tersebut dilakukan untuk membuat masyarakat terbiasa beralih dari manual ke elektronik. Selain itu, sistem elektronik juga dapat memini malisasi penyelewengan yang kerap terjadi di sistem manual (kertas).
"Kami kanmau menerapkan eticketing. Kalau masih ada tiket kertas (Kopaja dan APTB Kopaja dan APTB), gakbisa dong, bukan sistem e-ticketing namanya," ujar Kosasih.
Kosasih mengungkapkan alternatif yang bisa digunakan pengguna Kopaja dan APTB, yakni dengan terlebih dahulu membayar tiket bus Transjakarta dengan e-ticketing sebelum solusi lain disepakati.
Sejumlah pengguna Kopaja AC mengeluhkan kebijakan tersebut. Dwi, pekerja swasta yang sa ban hari terbiasa menggunakan Kopaja 602 jurusan Ragunan-Monas, harus merogok kocehnya lebih dalam lagi untuk menaiki Kopaja.
Menurutnya penghapusan sistem tiket sebaik nya bisa dilakukan tanpa membebani penum pang dari tarif biasanya. Dwi berpendapat, keberadaan Kopaja AC yang terintegrasi jalur bus wayitu sangat membantu orang ber alih ke transportasi umum. "Padahal saya sem pat lhoberpikir, orang bakal milih naik Kopaja. Bayangin Pejaten-Sudir man cuma 30 menit, coba kalau motor," kata Dwi kepada Republika, Jumat (1/8).
Pengguna Kopaja AC lainnya, Ropesta, juga mengeluarkan keluhan serupa. Mulai kemarin ia harus membayar Rp 8.500 dari tempat tinggalnya ke tempat ia bekerja di kawasan Balai Kota, Jakarta. Ia mengaku keberatan dengan kebijakan tersebut. "Ya, terasa juga ya sehari-hari, hampir dua kali lipatnya," ujarnya.
Karenanya, ia sangat menanti solusi terbaik yang sedang dicari Pemprov DKI dan operator pe ngelola Kopaja. rep:c63, ed:karta raharja ucu