KALIBATA — Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menghapus tiket manual atau tiket kertas di bus Transjakarta dinilai merugikan penumpang yang tidak rutin menggunakan angkutan massal tersebut.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menuturkan, kerugian juga didapat para pendatang yang berkunjung ke Jakarta dan tidak menetap. Sebab, menurut Tulus, sistem e-ticketing yang bersaldo Rp 20 ribu menjadi sia-sia jika dipakai hanya untuk satu atau dua kali perjalanan.
"Yang sesekali naik Transjakarta atau orang dari luar kota yang datang ke Jakarta cuma sesekali menggunakan, menjadi tidak berguna kalau sudah tidak di Jakarta lagi," kata Tulus kepada Republika, Rabu (20/8).
Namun, ia tidak mempermasalahkan rencana penghapusan tiket kertas Transjakarta. "Saya kira penggunaan tiket online tidak bermasalah, seluruh dunia sedang gencar melaksanakannya," ujarnya seraya menyarankan perlu ada tiket online yang melayani perjalanan harian.
Ia meminta sistem pemesanan tiket online harian dipermudah. Selain itu, tarif yang dikenakan tiket harian online dengan e-ticketing harus sama. "Kalau harga tiket kertas Rp 3.500, tiket online harian juga sama," katanya. n c89 ed: karta raharja ucu