Sabtu 23 Aug 2014 19:00 WIB

Denting Piano Maestro Muda

Red: operator

Pianis muda Belanda ini bangga sebagai cucu dari orang Indonesia.

Suara tepuk tangan penonton mendadak riuh menanggapi ucapan sang pianis, "Saya punya 25 persen darah Indonesia.

Ne nek saya orang Bandung." Sontak saja ucapan semacam `wooow', `hah?' atau `keren' terdengar di sudut-sudut teater Erasmus Huis di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

"Walaupun begitu, banyak orang tidak percaya. Karena sudah tidak ada penampakan orang Indonesia di muka saya. Namun, saya tetap bangga punya secuil darah Indonesia. Saya senang bisa berkunjung ke negeri para leluhur saya," sang pianis melanjutkan sambutannya dalam bahasa Inggris.

Dialah Thomas Beijer, pianis berkebangsaan Belanda ini merupakan mu sisi kenamaan di Negeri Bunga Tulip itu. Dengan memenangkan Kejuaraan Young Pianist Foundation yang bergengsi pada 2007, Beijer memo sisikan dirinya pada peringkat teratas dari generasi baru pianis di Belanda.

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Raisan Al Farizi/Republika

 

Selain sebagai seorang pianis konser, Thomas juga populer sebagai "musisi-kamar" yang disegani. Dia dipuji lantaran teknik bermainnya yang luar biasa dan integritas artistiknya. Dalam wa wasan musik, Beijer memperlihatkan suatu wawasan musik yang jelas dan mendalam.

Pekan ini Beijer datang ke Indonesia. Bukan hanya sekadar berkunjung ke negeri di mana neneknya dilahirkan, namun Beijer didapuk untuk menghibur penikmat musik klasik di Tanah Air. Rabu (20/8) lalu, bertempat di Erasmus Huis dia menggelar konser piano pertamanya di Indonesia.

Beijer yang lahir 26 tahun lalu ini sempat berujar kepada penonton di awal pertunjukan, "Saya akan menam pilkan yang terbaik untuk saudara-saudara saya semuanya. Terima kasih sudah hadir di sini." Pemilihan kata "saudara-saudara" pastilah merujuk kepada latar belakang dia yang juga berdarah Indonesia. Sekali lagi penonton bertepuk tangan.

Auditorium Erasmus Huis meremang. Hanya lampu sorot panggung yang dinyalakan, menyisakan suasana panggung dengan sebuah piano dan Beijer yang duduk di depannya.

Piano mulai berdenting. Iramanya cepat bersemangat. Sebuah komposisi musik bertempo allegro dimainkan Bei jer. Beijer memilih karya Franz Schu bert untuk mengawali penampilannya. Karyanya yang berjudul "Klavierst?cke" (Impromptu's aus dem Nachlass) merupakan satu dari delapan komposisi dalam serial Impromptu yang terbagi dalam dua bagian.Komposisi "Klavierst?cke" sendiri diciptakan Schubert pada 1828 dan dikatalogkan ke dalam nomor D 946.

Penonton dibuat terdiam sepanjang lagu, menikmati naik turunnya nada yang Beijer mainkan. Komposisi oleh Schubert ini, Beijer mainkan dalam tiga bagian; nomor 1 in E flat minorAllegro assai, nomor 2 in E flat majorAllegretto, dan nomor 3 in C majorAllegro. Di ujung permainannya, Beijer disambut tepuk riuh penonton.

Saat jeda lagu, Beijer sempat berdiri menghadap penonton. Setelan jas hitamnya menyerap cahaya lampu sorot ke arahnya. Berikutnya akan saya mainkan karya Manuel de Falla seorang musisi Spanyol, berjudul `El Amor Brujo'," ujar Beijer.

El Amor Brujoyang artinya "tersihir oleh cinta" merupakan kisah roman Spanyol yang menceritakan tentang seorang gadis bernama Can dela.

Dia terpaksa menikah karena perjodohan orang tuanya, padahal dia mencintai Carmelo. "Suatu hari suami si gadis meninggal dan hantunya mengganggu Candela, padahal gadis itu berharap kembali ke Carmelo," cerita Beijer.

Untuk mengeluarkan arwah itu, Candela dan Carmelo harus menarikan ritual pengusiran arwah. "Lagu ini liriknya tentang kisah itu. Jadi iramanya juga cepat," jelas Beijer kepada penonton.

Komposisi ketiga adalah sebuah karya Ludwig van Beethoven, Sonata untuk piano dan violin no 5 dalam F ma jor. Dalam memainkan lagu ini, Beijer memberi kejutan. Dia mengundang untuk naik ke atas panggung seorang musisi muda Indonesia, Amadeus Giovani Biga.Biga yang baru berusia 18 tahun adalah seorang violis yang sebelumnya ter gabung dalam Twillight Orchestra.Jadilah mereka berdua duet dalam memainkan empat bagian lagu karya Beethoven: Allegro, Adagio molto espres sivo, Scherzo: allegro molto, dan Rondo: allegro ma non troppo.

Duet antara Beijer dan Biga terdengar harmonis. Biga berdiri di samping kanan Beijer, menghadap penonton. Dalam sebuah kesempatan setelah pertunjukan, Beijer sempat berujar kepada Republika, "Biasanya bila saya ber duet dengan musisi lain. Butuh wak tu lama untuk mencocokkan permainan. Namun, dengan Biga, sekali kami bermain langsung cocok. Dia sangat berbakat."

Untuk mempersiapkan duet me reka, Biga bahkan mengaku hanya punya waktu satu hari untuk berlatih ber sama.

"Untungnya kami berdua lang sung cocok," ujar Biga yang akan me lanjutkan studi musiknya ke Jerman.

Pertunjukan resital piano Beijer malam itu ditutup dengan sebuah kejutan. Biga yang bermain biola, tibatiba menggesekkan nada-nada permulaan lagu "Tanah Airku" karya Ibu Sud. Lantas, spontan Beijer mengikuti alunan nada dari gesekan biola Biga dengan pianonya.

Jadilah lagu yang khidmat ini mereka mainkan di depan ratusan penonton auditorium Erasmus Huis.Para penonton lantas turut bernyanyi dengan iringan biola dan piano dari dua musisi berbakat di atas panggung.

Thomas Beijer selalu menyempatkan berkomunikasi dengan penonton.Dia enggan melupakan jika di dalam dirinya juga mengalir darah Indonesia.

Seorang juri kompetisi musik internasional pernah berkata tentang Beijer, "Kepribadian musik yang sangat menarik. Dengan ide-idenya yang berbeda tentang musik, saya bilang dia seniman sejati."

RINDU TANAH LELUHUR

Gelaran resital piano oleh musisi asal Belanda Thomas Beijer pada Rabu (20/8) lalu bisa jadi merupakan jawaban bagi doa sang pianis. Beijer yang mengaku memiliki darah Indonesia mengatakan, jauh sebelum pertunjukan di Auditorium Erasmus Huis, dia telah berniat berkunjung ke Indonesia.

"Saya dan keluarga sebenarnya hampir berkunjung ke sini pada 2000. Tapi, saat itu kami urung ke sini karena kondisi politik yang masih belum stabil di Indonesia," kata dia saat berbincang dengan Republika, di se buah kedai kopi di Kota Tua, Jakarta, Rabu (20/8).Sejak itu, dia tak sempat Indonesia, sampai akhirnya terlaksana pada pekan ini. Walaupun hanya datang sendirian.

"Sen diri yang ke sini," jelas Beijer. Dia mengaku, kerinduannya untuk berkunjung ke Indonesia semakin menjadi-jadi sejak sang nenek kerap kali membuat masakan khas Indonesia.

"Saya suka sekali nasi goreng atau rendang. Bahkan, setiap pagi nenek saya selalu memasak nasi putih untuk sarapan.

Ya, hanya nasi putih saja tanpa lauk. Tapi, bagi saya itu sudah nikmat," ujarnya.

Benar saja, di kedai kopi itu, Beijer memesan sepiring nasi putih. Pelayan kedai sempat dibuatnya bingung. "Tapi, sungguh saya minta nasi putih," lanjutnya.

Nenek Beijer adalah perempuan Sunda ke lahiran Bandung, 82 tahun silam. "Nama nya Stella. Mungkin namanya sudah ber ganti menjadi nama Eropa," kata Beijer.Stella muda sempat hijrah dari Indonesia ke Singapura pada prakemerdekaan.

Usai perang berakhir dan secara resmi Be landa mengakui kedaulatan Indonesia, Stella pindah ke Eropa. "Di Belanda, lantas nenek saya bertemu kakek saya. Mereka lantas menikah. Namun, saya juga heran ka lau saya tidak menyisakan ciri khas pera wak an Indonesia," ujarnya sambil tertawa.

Itulah kisah Beijer. Seorang musisi ternama di Eropa yang memiliki darah Indonesia. Aliran darah nusantara di dalam tubuhnya juga berpengaruh terhadap kecintaannya terhadap budaya Indonesia.

Dalam salah satu lagu yang dimainkan olehnya dalam resital pianonya, Beijer sempat membawakan komposisi musik karya Leopold Godowsky. Musisi legendaris Belanda yang karyanya dipengaruhi oleh irama gamelan Jawa. Lagu berjudul "In the Ke raton" mampu sedikit mengobati kerinduan Beijer akan rupa tanah leluhurnya.

Pada akhir percakapan dengannya, Beijer sempat berujar bahwa suatu hari nanti dia akan kembali lagi ke Indonesia untuk berkunjung ke Bandung. Kota tempat neneknya lahir. "Saya bangga menjadi bagian dari negeri yang unik ini. Bila anak saya lahir nanti, saya juga dengan bangga akan bilang kepadanya bahwa dia memiliki darah Indonesia," katanya menutup perbincangan.  rep:c85 ed:dewi mardiani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement