Senin 15 Sep 2014 13:30 WIB

Tari Kecak dan Roman Kocak

Red:

Janur kuning menjulang di sisi kiri dan kanan panggung Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa waktu lalu. Deretan gamelan Bali tertata apik tepat di depan panggung, memenuhi ruang jeda antara panggung dan bangku penonton.

"Seperti resepsi nikahan saja," celetuk seorang penonton sambil tertawa. Terlebih-lebih, dekorasi di atas panggung semakin mendukung bayangan itu, sebuah miniatur pura berdiri di tengah panggung. Semakin mirip dekorasi pesta pernikahan. Tapi, tentu saja ini bukan resepsi pernikahan seperti yang penonton tadi bayangkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Panca/Republika

Tari Kecak

Pastinya, mereka datang bukan untuk berdiam menonton dua orang bersanding di pelaminan. "Ini kapan mulainya, ya?" penonton tadi kembali bersuara. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, tepat seperti yang tercantum di karcis, saatnya pertunjukan dimulai.

Lampu sorot yang terletak tepat di atas juntaian janur kuning menyala perlahan. Menyinari sebuah petak kosong panggung yang ditata bak halaman sebuah pura. Seorang perempuan masuk ke panggung. Berbalut baju adat putih, dengan rambut bergulung, dia berlutut di depan layar di belakang panggung. "Wahai rembulan! Sinarmu menyinari hati yang kelam ini," ucap perempuan itu.

Kemudian, sebuah bayangan muncul di balik layar raksasa itu. Masing-masing tangannya tampak memegang cakram dan pedang, bergerak-gerak seolah berbicara kepada wanita itu. "Hatiku bimbang memilih. Antara dua lelaki. Roman dan Made," ucap wanita itu.

Adegan itu adalah sekilas prolog dalam sebuah pementasan teater yang digagas kelompok seni "Indonesia Kita" di Graha Bhakti Budaya, TIM pada 12-13 September. Penyebutan teater memberikan makna pementasan yang serius. Tapi dalam lakon yang berjudul "Roman Made in Bali" ini, penonton akan diajak berkunjung ke dunia seni peran yang jauh dari kesan "berat".

Cak Lontong yang berperan sebagai Roman, sekaligus aktor utama, berhasil mewujudkan hal ini. Dia meluncurkan lawakannya di setiap babak. Mengundang gelak tawa penonton, bahkan terkadang sesama pemain. Ini adalah sebuah lakon drama komedi yang mengusung tema serius; nasionalisme, lingkungan, dan cerita cinta.

Lakon "Roman Made in Bali" berkisah tentang persaingan Roman yang diperankan Cak Lontong dan Made diperankan Balawan. Berdua, mereka memperebutkan cinta seorang gadis Bali.

Diceritakan, Roman datang ke Bali untuk mencari ketenangan spiritual. Tapi, dia mencoba memikat seorang gadis untuk tujuan tersembunyi. Inilah yang memicu konflik antara dia dan Made, seorang pemuda asli Bali yang mahir bermain gitar. Kisah cinta dan persaingan mereka menjadi sebuah kisah roman karya para seniman Bali.

Ceritanya dari olahan beragam bentuk seni yang tumbuh di Bali. Di beberapa bagian, penonton bahkan disuguhi kesenian Bali populer, seperti tari Kecak, gamelan Bali, dan musik bambu.

Gaya bertutur seorang Cak Lontong yang memerankan Roman juga menjadi daya tarik pertunjukan ini. Lawakannya yang khas, seperti saat dia merayu si gadis Bali. "Kamu tahu bedanya cokelat dan kamu? Kalau cokelat nempel di gigi, kalau kamu nempel di hatiku," canda Cak Lontong.

Pemilihan Cak Lontong untuk memainkan peran ini dinilai pas. Di samping jago melawak, pesan-pesan halus yang ingin disampaikan juga dapat diterima penonton tanpa menggurui.

Balawan yang memerankan Made digambarkan sebagai musisi yang mahir memainkan "gitar bercabang"-nya. Saat berbincang dengan Republika usai pentas, dia mengaku, persiapannya untuk pentas hanya dua hari. "Sebelumnya, cuma tahu kalau saya hanya bertugas ngisi musiknya. Eh, ternyata jadi pemain utama," kata Balawan. Dia senang bermain peran. Sebelumnya, dia melulu bermain musik.

Bagi yang akrab dengan pentas Indonesia Kita, pada pementasan yang diprakarsai Butet Kertaredjasa, Agus Noor, dan Putu Fajar Arcana ini, penonton menemukan banyak kejutan artistik. Panggung juga kaya dengan tata visual dan artistik dari wayang yang dikembangkan oleh I Made Sidia.

Lalu, untuk pendukungnya diusung Cek Body atau Kobagi (Komunitas Badan Gila) yang anggotanya rata-rata warga kampung yang sehari-hari bekerja sebagai petani, pedagang, dan pegawai negeri. Mereka berhasil mengembangkan tarian yang ekspresif dan atraktif dengan menggunakan media tubuh mereka.

"Tarian Cek Body dan Wayang I Made Sidia memberikan sensasi visual yang magis khas Bali, tetapi dengan idiom yang sangat kontemporer. Ditambah lagu dan musik yang digarap oleh Balawan, rasanya ini menjadi kolaborasi yang luar biasa," ujar Agus Noor yang bertindak sebagai sutradara.

Tidak cukup itu saja, dalam pertunjukan ini juga ada Heny Janawati, penyanyi opera asal Bali yang telah tampil di panggung opera di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Dia membawakan tembang pop tradisi Bali Sekar Sandat dengan teknik opera.

Lalu, ada Ayu Laksmi, penyanyi bergaya new age yang musiknya meditatif dan kontemplatif. Selain itu, ada pula Ayushita yang tampil memerankan sosok gadis yang hatinya diperebutkan oleh Roman dan Made. Deretan artis lain juga ikut memeriahkan pentas ini, ada Marwoto, Akbar, Cok Ace, dan Sapta Nirwandar. kesemua yang ada dalam "Roman Made in Bali" mampu memberikan pertunjukan aneka seni yang menghibur. rep:c85 ed: dewi mardiani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement