Senin 20 Oct 2014 12:00 WIB

Kota Penuh Mal di Timur Luar Jakarta

Red:

Banyaknya pusat perbelanjaan dan mal di Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar), membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) makin menyempit di Kota Patriot itu. Contohnya saja di kawasan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan KH Noer Ali di sisi Kalimalang. Sejumlah mal langsung menyambut kendaraan yang keluar dari gerbang tol Bekasi Barat 1.

Mal pertama yang terlihat dari arah gerbang tol Bekasi Barat 1 adalah Mall Metropolitan. Jika perjalanan dilanjutkan melewati simpang tiga lampu merah Jalan Ahmad Yani, akan terlihat Mega Bekasi Hypermall. Lalu, dari simpang tiga, jika belok kiri ke arah Kalimalang akan terlihat Bekasi Cyber Park (BCP). Sedangkan, jika belok kanan ke arah Jatiasih, akan terlihat Living Plaza.

Jika perjalanan dilanjutkan ke arah Jatiasih, terlihat pula Bekasi Square di dekat gerbang tol Bekasi Barat 2. Sedangkan, dari BCP, jika perjalanan diteruskan akan terlihat Summarecon Mall Bekasi (SMB) di Kecamatan Bekasi Utara. Tepatnya, setelah melewati fly over KH Noer Ali di seberang Kantor Wali Kota Bekasi.

Masih ada lagi pusat perbelanjaan lagi yang belum disebutkan. Apabila pengendara berbelok 180 derajat (u-turn) dari Mall Metropolitan ke arah Sumber Artha dengan menyusuri Kalimalang, akan terlihat Grand Metropolitan Mall dan Hotel Horison yang dibangun dalam satu kompleks di tepian saluran Kalimalang itu.

Jika Anda ke Kecamatan Bekasi Timur, menyusuri Jalan Ir H Juanda dari Stasiun Kota Bekasi, akan terlihat mal Borobudur Plaza. Jika perjalanan dilanjutkan lagi, akan terlihat Lotte Mart di dekat Pasar Baru Kota Bekasi. Masih di Kecamatan Bekasi Timur, tepatnya di Jalan Chairil Anwar, terlihat pula Plaza Bekasi, mal besar di dekat terminal Bekasi.

Banyaknya mal di Kota Bekasi dianggap sebagian warganya sebagai penyebab panas dan gersangnya Kota Bekasi. Pengamat lingkungan Universitas Islam Empat Lima (Unisma) Bekasi Dr Muhlah manusia seammad Harun al-Rasyid berpendapat, meningkatnya suhu panas rata-rata di Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta terjadi akibat ulah sendiri.

"Peningkatan suhu panas rata-rata kota besar, seperti Jakarta dan Bekasi, terjadi akibat aktivitas manusia yang tidak terkendali," tutur Harun, beberapa waktu lalu. Menurutnya, aktivitas manusia, seperti industri, pembangunan mal, industri, dan bangunan lainnya yang tidak ramah lingkungan justru bisa mengakibatkan masalah lingkungan yang serius.

Cuaca panas itu pun sudah dirasakan warga di berbagai daerah, termasuk Bekasi. Cuaca panas dan gersang itu sulit ditanggulangi karena RTH di Kota Bekasi baru mencapai 14 persen. Padahal, idealnya RTH di suatu kota mencapai 30 persen.

Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Pemkot Bekasi Dadang Hidayat mengatakan, "Saat ini, luas RTH di Kota Bekasi masih kurang 16 persen lagi," tutur Dadang. BPLH, kata dia, berencana menambah luas RTH pada 2015 dengan membeli tanah di beberapa wilayah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk dijadikan RTH.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui minimnya RTH di Kota Bekasi ini. "RTH di Kota Bekasi baru sekitar 13 persen. Jadi, kita akan tambah terus RTH-nya," tuturnya.

Terkait ekstremnya cuaca di Kota Bekasi, wali kota yang akrab disapa Bang Pepen itu berkomentar, "Kalau mau lihat Bekasi adem itu pada1971-1972. Dahulu, kawasan ini rawa tembaga. Setiap pagi itu timbul embun, wah, adem sekali," paparnya mengenang Bekasi tempo dulu. Bagaimana dengan sekarang? Bekasi sekarang hanya dipenuhi kilauan mal, bukan embun lagi. n c57 ed: dewi mardiani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement