REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhyiddin
Ribuan orang tampak memenuhi area Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat (1/7). Sejak pukul 08.00 WIB, para tukang jamu tersebut telah menunggu pemberangkatan mudik gratis. Tidak hanya para pedagang jamu, jamu gendong, pedagang asongan, dan pembantu rumah tangga juga akan dilepas untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Sementara, sebanyak 186 bus telah terparkir dengan rapi untuk mengangkut tukang jamu ke tujuh kota tujuan, yaitu Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, dan Yogyakarta. Sekitar pukul 09.30 WIB, bus bertuliskan Sido Muncul tersebut mulai berangkat satu per satu.
Mereka dilepas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto, dan Dirlan tas Polda Metro Jaya Kombes Syamsul Bahri.
Republika menghampiri bus penumpang dengan tujuan Wonogiri, Jawa Tengah. Salah seorang penumpang, Eko Hariyanto (30 tahun), tampak sedang duduk di pintu bus tersebut. Saat berbincang, ia merasa senang lantaran tahun ini bisa mudik gratis bersama anak, ibu, dan istrinya.
Menurut dia, kalau pulang ke Wonogiri, setiap orang akan dikenakan tarif Rp 300 ribu. "Menurut saya sangat mendukung, khususnya untuk warga pendatang seperti kami, dari tarif yang begitu tinggi di pasaran. Ini ada mudik gratis sangat mendukung menurut saya. Intinya bisa ngirit juga," kata pemudik yang tinggal di Cikarang tersebut.
Menurut Eko, dengan mengikuti mudik gratis tersebut, ia tentu dapat membawa uang lebih banyak ke kampung halamannya. Uang yang seharusnya dijadikan ongkos pulang tersebut, bisa diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan di kampungnya. "Ya, kalau memang ada lebihnya nanti, ya buat amal atau sedekah ke tetangga atau saudara yang membutuhkan. Itu tujuan saya," ujarnya.
Penjual jamu asal Tegal, Noro (59), mengatakan, sejak sebelum puasa Ramadhan tiba, ia sudah merencanakan untuk mengikuti mudik gratis tersebut. Dia mengaku baru pertama kali mengikuti mudik gratis tersebut. Untuk pulang kampung, Noro biasanya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 150 ribu-Rp 200 ribu.
Namun, tahun ini ia bersyukur dapat mengikuti mudik gratis tersebut. "Mantaplah, ya ternyata kita bisa berangkatlah. Walaupun sebelumnya ragu-ragu juga karena takut tidak kebagian, ternyata sekarang malah ada sisa bus kosong," ujarnya.
Salah seorang sopir bus, Zamroni (45), mengaku turut senang dapat terlibat mudik gratis yang telah dipelopori perusahaan jamu sejak 1991 tersebut. "Saya persiapkan mental, kesehatan, surat-surat kendaraan. Untuk keselamatan yang diutamakan. Di bus ada 53 penumpang," ucap sopir yang akan membawa penumpang ke Kuningan, Jawa Barat, tersebut.
Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, pihaknya sudah menggelar mudik gratis sejak 1991. "Ide mudik gratis ini adalah dari adik saya, Sofyan Hidayat, yang sekarang menjabat sebagai direktur utama. Selama tiga tahun dari tahun 1991- 1993, kegiatan mudik dilakukan secara sederhana dan tidak ada pejabat pemerintah yang melepas para pemudik," ucap Irwan.
Dalam mudik gratis ke-27 ini, sebanyak 16 ribu pedagang jamu se-Jabodetabek diberangkatkan menggunakan 270 bus ke tujuh kota tujuan, yaitu Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, dan Yogyakarta. Sebanyak 186 bus diberangkatkan dari area Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, sisanya diberangkatkan dari Sukabumi, Bandung, Tangerang, Cilegon, Serang, Cikampek, Bogor, dan Cibinong.
"Sejak tahun 1991, Sido Muncul telah memberangkatkan sebanyak kurang lebih 316.400 pemudik yang merupakan pedagang jamu dan keluarganya," kata Irwan. Menurut dia, jumlah peserta mudik gratis tahun ini berkurang dibandingkan tahun lalu. Hal itu disebabkan ekonomi pedagang jamu membaik dan makin banyaknya perusahaan atau institusi yang menyelenggarakan mudik gratis.
Irwan tidak menampik bahwa acara mudik gratis tersebut juga merupakan ajang untuk mempromosikan produk-produknya. Dia tampaknya juga tak begitu suka jika mudik gratis tersebut disebut sebagai amal jariah selama 27 tahun.
"Menurut saya gini, yang nerima kerosene mungkin saya beramal. Nek saya cuma promosi wae. Nanti kalau saya ngomong amal jariyah, benderone kok akeh," ucap Irwan dengan menggunakan bahasa Yogyakartanya. ed: Erik Purnama Putra