Senin 05 Sep 2016 16:00 WIB

Bahasa Bisu, Bahasa Dunia

Red:

Bukan proyek spesial Garin Nugroho namanya bila pertunjukan film ini hanya dapat disaksikan di Indonesia. Sesudah digelar di Jakarta pada 3 dan 4 September 2016 di Gedung Teater Jakarta, film besutan Garin ini akan dibawa keliling ke berbagai belahan dunia. Dalam pernyataannya, Garin mengatakan ada rencana untuk memasarkannya ke enam negara. Enam negara tersebut terdiri atas Filipina, Singapura, Swiss, Inggris, Belanda, dan yang pasti Australia.

Garin mengatakan, nanti di Australia banyak yang akan datang karena Setan Jawa akan hadir di pemutaran film festival dunia. Film bisu dari Garin ini akan diputar pada world premier di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Peforming Arts, di Melbourne Februari 2017 mendatang.

Hanya saja, saat bertandang ke negara-negara lain tersebut, Setan Jawa akan diiringi oleh musik yang berbeda dari pementasan di Indonesia. "Pertunjukan ini di setiap negara akan diiringi dengan berbeda. Ada yang menawarkan orkestra, ada yang menawarkan lewat musik rock, ada juga yang ingin bekerja sama dengan Mas Panggah menggunakan gamelan," ujar Garin.

Garin mengatakan, akan bekerja sama dengan komposer masing-masing negara untuk melakukan penyesuaian. Khusus untuk pemasaran di Melbourne, Garin mendapatkan bantuan dan apresiasi dari banyak pihak seperti Melbourne Arts Center dan Melbourne Symphony Orchestra. Lewat orkestra tersebutlah karya musik tradisional dari Panggah akan diaransemen ulang.

Panggah menyatakan, ini menjadi alasan mengapa ia selalu senang bekerja sama dengan Mas Garin, karena ia harus belajar sesuatu yang berbeda dan ditantang lagi dengan yang sekarang. "Kami kemarin sempat diundang ke Melbourne untuk diskusi selama dua pekan. Kami bekerja sama dengan Melbourne Symphony Orchestra dan mereka sangat kooperatif. Pokoknya musik dikerjakan dahulu, nanti orkestranya menyusul," kata Panggah yang sudah bekerja sama lebih dari sepuluh tahun dengan Garin ini.

Komposer Melbourne Symphony Orchestra, Ian Grande, mengaku senang dapat bekerja sama dengan Garin dan Panggah dalam menggarap musik untuk di Melbourne nanti. Ia memastikan pekerjaannya dipermudah dengan adanya Garin, Panggah, dan para pengrawit yang menghiasi panggung dengan musiknya. "Saya sangat bersemangat untuk dapat bergabung dengan proses pembuatan pertunjukan ini," ucap Ian.

Hadirnya para pengrawit juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Garin. Pertunjukan untuk karya kreatif personal, dia melanjutkan, sangat langka dan ia sangat bahagia dapat bekerja sama dengan pengrawit karena mereka sering disepelekan dalam industri kreatif. "Jadi saya bahagia sekali karena ini akan membawa perjalanan panjang ke berbagai belahan dunia," tuturnya.

Di luar negeri sana, dia melanjutkan, karyanya jauh lebih diapresiasi ketimbang di dalam negeri. Maklum saja, karya Garin memang sering keluar dari selera pasar dan mengambil tema unik seperti film Setan Jawa.

Namun, menurut Garin, pemilihan itu tidak memengaruhi budaya di luar negeri sana. Alasannya, karena di luar punya kultur penonton yang bagus. "Kalau di sini kan jika bukan bintang terkenal atau sosialita enggak nonton, ya mereka enggak akan nonton. Lebih ke gaya hidup kebanyakan di sini itu," katanya berpendapat.

Meski begitu, Garin melihat antusias masyarakat Indonesia memberikan respons yang cukup positif terhadap Setan Jawa. Dengan pencapaian selama 35 tahun ini, Garin mengaku sangat bahagia dapat membuat film bisu tersebut. Setan Jawa terinspirasi juga dari karya sejenis, seperti Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927). Kedua film bisu hitam putih tersebut telah berkeliling dunia dengan diiringi orkestra selama pertunjukan. Garin mengaku tidak menyangka, berangkat dari inspirasi tersebut nasibnya ternyata berbuah sama.    mg01, ed: Endro Yuwanto

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement