Marcel kecil berpipi tembam yang menggemaskan kini sudah kembali bersih dan wangi. Wajah cerianya tidak sekotor seperti saat baru pertama ditemukan petugas Dinsos Kota Tangerang. Salah satu perawat rumah singgah milik Dinsos Kota Tangerang, Ledy Nurhidayah merasa senang dengan perkembangan Marcel. Marcel yang masih berusia tiga tahun saat ini sudah bisa kembali tersenyum dengan pipi yang berisi.
"Di awal kita temukan, waktu itu kami sedang turun untuk kunjungan rutin Dinas Sosial di wilayah dekat rumah Marcel. Ketika berada di depan rumah Marcel, waktu itu hujan. Saya melihat Marcel sedang makan biskuit dengan bajunya yang kotor. Kasihan banget kita lihatnya," ujar Ledy kepada Republika di Rumah Singgah Dinsos Kota Tangerang, Kamis (12/1).
Marcel dan Soni (15 tahun) merupakan anak yatim setelah ayahnya meninggal dunia. Ibu mereka menikah lagi dan hanya membawa anak nomor dua dan tiga. Marcel dan Soni yang tidak diajak ibunya dititipkan untuk dirawat tantenya yang tinggal di kawasan Perumahan Bugel Mas Indah Blok D2 Nomor 15, Tangerang. Sayangnya, sang tante didiagnosis mengalami gangguan mental hingga harus menjalani perawatan medis di rumah sakit jiwa.
Akhirnya, Soni harus putus sekolah untuk bekerja seadanya demi bisa menafkahi diri dan adiknya. Kondisi rumah yang dihuni keduanya sangat memprihatinkan. Selain kotor dan kurang terawat, rumah tersebut juga tidak ada aliran listrik. Petugas Dinsos Kota Tangerang akhirnya membawa Soni dan Marcel ke rumah singgah Dinsos untuk mendapatkan layanan manusiawi.
Ledy mengingat pertemuannya pertama kali bersama Soni dan Marcel. Dia bersama beberapa petugas Dinsos yang datang langsung menghampiri Marcel yang berada di depan rumah. Dia sempat mengobrol dengan sang tante yang mengaku hanya bisa merawat Marcel sebisanya. Perbincangan keduanya membuat Soni yang sedang tidur langsung terbangun. Marcel seketika refleks menolak niatan petugas Dinsos yang ingin membawa Marcel. Soni tidak ingin adiknya dibawa meninggalkan rumah.
"Dia (Soni) bilang, 'jangan bawa adik saya. Saya masih bisa ngurusin dia'. Saya kemudian memberikan pengertian kalau adiknya sudah sekotor ini, apa yang diurusin? Gitu. Akhirnya mereka berdua dievakuasi ke sini," ujar Ledy sambil menggendong Marcel.
Ledy menjelaskan, kondisi kejiwaan Soni mungkin masih belum stabil. Namun, dibanding dengan saat pertama kali dievakuasi menuju rumah singgah, tentu sudah ada kemajuan. Hanya, ia belum tahu mengapa Soni masih menolak untuk kembali sekolah. "Tapi, saya nggak tahu kenapa dia nggak pengen sekolah, dua hari lalu dia sudah bilang mau sekolah lagi, sampai sempat nanya sekolah mana ya," katanya. Ledy menuturkan, Dinsos Kota Tangerang masih mengusahakan pertemuan antara kedua kakak-beradik tersebut dengan ibu mereka.
Rasa rindu dan trauma mungkin tidak dirasakan Marcel karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Berbeda dengan Soni yang merasa tidak betah tinggal di rumah singgah. Sudah sepekan ini, Soni masih terlihat murung. Soni terlihat meringkuk di tempat tidur sambil asyik bermain gim di ponsel yang merupakan pinjaman dari Ledy.
Soni belum bisa menyembunyikan kesedihannya. Sebagai anak yang masih remaja, ia tidak kerasan tinggal di rumah singgah. Dia berharap dapat segera bertemu dengan ibunya. "Nggak apapa, cuma kangen mama aja," ucapnya.
Soni cukup sukar memikirkan dapat sekolah lagi setelah peristiwa ibunya yang meninggalkan ia dan adiknya sendirian di rumah. Wajahnya kembali menggurat kesedihan kala mengingat perjuangannya demi bisa menyambung hidup. "Saya ikut jual nasi goreng waktu itu. Diupah dengan sebungkus nasi goreng, dan itu saya bawa pulang untuk makan adik dan saya," kata dia dengan nada bergetar.
Ada guratan senyum saat Republika membicarakan bola matanya yang berwarna hijau muda. Soni melebarkan mulutnya, kemudian menjelaskan matanya sering dipuji banyak orang lantaran memiliki warna seperti batu akik bacan. "Haha, nggak pakai kontak lens kok. Bapak saya matanya hitam sekali, mama juga," ujar Soni menjelaskan asal genetik mata hijaunya.
Soni bercerita tentang cita-citanya yang ingin menjadi pemain bola profesional, seperti Lionel Messi. Dia menerangkan, betapa hebatnya Messi saat mencetak tiga gol ke gawang lawan saat membela Barcelona. Kemudian, ia mengisahkannya kala terlibat sebagai pemain bola andalan di sekolah. Ledy menimpali, "Terus gimana sekolahnya sekarang?" Mendapat pertanyaan begitu, ia terlihat kurang berkenan untuk meresposnnya. "Teh, saya sudah males sekolah. Nggak mau sekolah lagi," ujar Soni.
Tiba-tiba saja, Marcel merasa gembira dengan kembali tertawa sambil memukul-mukul salah satu wajah pengunjung bernama Herlina (26) asal Jakarta Barat. Setelah berita tentang Soni dan Marcel menjadi viral, banyak warga yang datang untuk sekadar membesuk dan melihat keadaan keduanya. Tak jarang, beberapa pengunjung memberikan hadiah berupa buku, komik, kue, roti, dan beberapa keperluan Soni dan Marcel.
Herlina mendoakan Soni bisa bersemangat lagi dalam menggapai cita-citanya. Dia merasa terenyuh mendengar berita tentang nasib kakak beradik tersebut. Karena itu, ia berharap agar Soni bisa aktif bersekolah lagi. "Agar dia bisa mengubah nasibnya dan membantu adiknya Marcel kelak," kata Herlina. cr2, ed: Erik Purnama Putra