JAKARTA -- Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede menilai, pembangunan jembatan layang atau sky bridge yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang ke Blok G Pasar Tanah Abang merupakan solusi penataan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut. Menurut Mangara, penertiban terhadap para PKL berjualan di trotoar yang selama ini dilakukan petugas Satpol PP dinilai kurang efektif. Sebab, pascaditertibkan dan petugas menghilang, tidak berselang lama para PKL kembali berjualan di bahu jalan.
"Kalau sky bridge ini segera direalisasikan maka para penumpang kereta api yang melewati kawasan Jati Baru akan didistribusikan melewati sky bridge. Kalau sudah tidak ada yang lalu lalang di kawasan Jati Baru, praktis pedagang tidak kembali berjualan di lokasi itu," ujar Mangara di Jakarta, Kamis (12/11).
Mangara menjelaskan, yang menjadi alasan PKL kembali berjualan di jalan pascapenertiban lantaran tingginya mobilitas warga di Jalan Jati Baru. Menurut dia, masyarakat Jabodetabek yang melintasi kawasan itu mencapai satu juta orang per hari. Gara-gara ada keramaian orang, hal itu otomatis berdampak pada menjamurnya para PKL yang berjualan di tempat terlarang. "Banyak orang lalu lalang di satu jalur itu. Karena pedagang menghampiri keramaian, selama masih ramai mereka akan berjualan terus," ucapnya.
Mangara menyatakan, realisasi pembangunan dan anggaran untuk sky bridge menjadi tanggung jawab Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya. Kalau anggaran sudah masuk APBD DKI, sambung dia, PD Pasar Jaya bisa langsung melakukan eksekusi untuk merealisasikan proyek tersebut. "Kalau itu sudah dibangun, tinggal nanti kita berikan ruang untuk PKL ini berjualan di sky bridge agar mereka lebih tertata," ujar Mangara.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono berencana meninjau langsung kondisi Blok G Pasar Tanah Abang. Dia mengaku, mendapatkan laporan sebagian besar kios bakal ditinggalkan pedagang dengan alasan sepi pengunjung. Sumarsono merasa perlu mendatangi Blok G Tanah Abang agar bisa mengambil kebijakan mengatasi permasalahan yang dihadapi pedagang.
Dia juga mengaku, telah menyiapkan beberapa cara untuk mengatasi persoalan itu. "Saya ingin ke Tanah Abang, Blok G itu mau diapain. Itu kan sekarang kosong, mau diapain?"
Sumarsono memberikan tiga alternatif yang bisa ambil untuk mengatasi permasalahan pedagang yang menghuni Blok G Tanah Abang. Pertama, seluruh gedung dibongkar dan dilakukan penataan ulang. Kedua, dirobohkan untuk tempat parkir. Sementara, alternatif ketiga, yaitu dibangunkan jembatan penghubung (sky bridge). Rencana pembangunan jembatan penghubung dilakukan agar pengunjung blok lain harus melewati Blok G agar pedagang tidak rugi. "Banyak alternatif sebenarnya, tapi saya ingin lihat dulu secara fisiknya seperti apa," kata Sumarsono.
Dia berjanji untuk meningkatkan pengawasan dan penertiban terhadap fungsi trotoar, khususnya kawasan di Tanah Abang. Pengawasan dan penertiban trotoar itu, menurut dia, terutama dilakukan di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengingat trotoar di kawasan itu kerap diduduki para PKL. Sumarsono juga meminta seluruh masyarakat ikut menjaga kondisi trotoar agar tetap bebas dari para pedagang. Terlebih, saat ini ada beberapa trotoar yang dilebarkan.
"Khususnya, di daerah Pasar Tanah Abang itu. Pengawasan dan penertibannya harus dilakukan secara intensif oleh Satpol PP karena sering sekali diduduki oleh PKL," ujar Sumarsono. antara/berita jakarta, ed: Erik Purnama Putra